Hari ini begitu panas sekali, mentari telah menyinarkan cahayanya begitu terang. Aku menemui damar pada jam istirahat. Aku menunggu damar di parkiran depan kantor. Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, akhirnya damar datang.
"Maaf mbk menunggu lama ya?" tanya damar dengan ekspresi tidak enak.
"Tidak cuma sepuluh menitan," jawab ku dengan tersenyum.
"Ini mbk bukunya mas vino. Katanya kalau dia tidak ada di dunia ini. Aku disuruh kasihkan ke mbk Silvi," kata damar sambil memberikan sebuah buku.
"Aku bawa ya bukunya?" tanya ku sambil mengambil buku itu dari tangan damar.
"Iya mbk, tidak usah dikembalikan buat mbk bukunya. Saya pulang dulu ya mbk," jawab damar sambil pergi meninggalkan ku.
"Iya damar terimakasih," kataku sambil meninggalkan tempat parkir.
Setelah itu aku kembali bekerja. Tak terasa sangking seriusnya bekerja. Waktu menunjukkan sudah waktunya pulang. Hari ini aku pulang sendirian. Karena beni lembur banyak kerjaan. Aku pulang naik bus. Sampai di halte, mengingatkan ku akan vino. Kenapa umur seseorang tidak ada yang tau. Di saat aku melihatmu kala itu di halte. Kamu terlihat baik-baik saja.
Bus yang akan ku naikki datang. Aku naik bus, sambil duduk di bus aku membaca bukunya vino. Halaman demi halaman aku membacanya, tak ku sadari air mataku menetes membaca tulisannya. Aku juga menemukan sebuah foto. Foto ku bersama vino saat kita masih taman kanak-kanak dan foto saat kita masih Sekolah SMA.
Memang sangat menyakitkan tapi mau bagaimana lagi. Takdir cerita kita sampai di sini saja. Biar buku ini aku simpan. Sebagai kenangan terindah kita berdua. Agar aku tidak merasa bersalah kepada mu vino. Aku akan menjalani hidup ku dengan baik. Terima kasih vino, atas segala rasa yang telah kau berikan.