Anindya tersenyum tipis saat melihat Jedra membawa piring kotor ke dapur, hatinya selalu menghangat ketika melihat pria itu- meskipun hanya tersenyum, diam atau menguap- entahlah, hal itu menjadi suatu kesukaan tersendiri bagi dirinya.
"Jedra, sini gua aja yang cuci piringnya." Pinta Anindya namun, pria itu tidak bergeming dari tempatnya. Anindya merenungut kesal, "Jedra, please gak enak kalau gak kerja gini."
Jedra mengulum senyum tipis, ia menjawab dengan setengah acuh," Ada, tugas lu, ngabisin jajan yang lu bawa, gua suka manis, tapi eneg kalau kebanyakan dan ngeliatin gua cuci piring aja." Anindya mengulum senyumnya, ia tertawa dengan tingkah Jedra yang terlihat seperti Ayahnya saat berada di rumah.
Kelakuan mereka berdua persis, debar kecil muncul dihati Anindya.
Jedra kembali membilas beberapa panci, sembari tersenyum menampilkan lesung pipi yang cukup dalam," Lagian piring kotornya gak banyak kok, santai aja." Ujar Jedra sembari membilas piring yang telah ia beri sabun.
"Yaudah, gua ke saung yah jed."
Jedra mengiyakan permintaan Anindya dengan anggukan kepalanya. Ia sangat tau pasti gadis itu akan ke kolam ikan koi yang berada di rumahnya.
Ia jadi mengingat kejadian konyol dimana Anindya menangis karena, milia; ikan kesayangan Anindya mati dan itu adalah hewan pertama yang Jedra belikan untuknya.
Anindya seorang peyayang binatang, ia bisa menangis semalam suntuk, hanya karena kepergian milia dan Jedra membelikan Ikan yang baru untuknya
Walaupun Anindya terpaut 2 tahun lebih tua dari dirinya sifat yang sangat kekanak-kanakan itu membuat Jedra sering tertawa. Bagi dirinya Anindya adalah orang yang paling mengenal dirinya dan orang terdekatnya.
"Jede, milia mati. Hiks, maaf yah aku gak sengaja. Aku gak becus jagainnya." isak gadis itu. Jedra terkikik kecil saat mengingat hal itu, rona merah dipipinya sulit hilang.
Sebenarnya ikan Koi di kolam itu bukan oma membelinya tetapi dirinya selain untuk menghias rumah, dan membuat Anita- adiknya- betah di rumah, ia membuat Anindya agar sering bermain ke rumahnya, suasana rumah terasa cukup ramai jika ada suara gadis itu.
Mendengar suara riang milik Anindya saat memberi makan ikan koi yang berada di kolam miliknya. Ia sangat hapal kebiasaan teman kecilnya itu.
Ia tau, yang dirinya lakukan kekanak-kanakan tapi tidak ada salahnya membuat senang seorang teman. Jedra tertawa saat mendengar celoteh riang Anindya dari luar, sepertinya gadis itu sedang bercanda dengan Bi Asih.
" Dasar orang yang cepat akrab sama orang lain." Celetuk Jedra pelan, ia telah selesai mencuci piring dan mengelap tangannya dengan handuk di tangan yang berada di dapur.
Jedra berjalan menuju meja panjang yang berada didapur,"Kayaknya kue susnya masih ada deh," ia mencomot kue sus di dalam tempat bekal, wajahnya menghangat, telinga cowok itu memerah seketika.
" Sialan, nih cewek bikin gua baper mulu." Ujar Jedra dalam hati.
Jedra mengedarkan pandamgan ke sekitar ia melihat Anindya tengah duduk di kolam dan memasukan kakinya ke dalam air.
"Hai, ikan." Sapanya membuat Jedra terkikik geli.
Mata berbinarnya nampak indah terpantul sinar matahari, tanpa sadar Jedra bergumam,"cantik."
Anindya melabaikan tangannya kearah Jedra, "Jede, sini deh. Liat lucu banget mereka mangap-mangap. Kayak lu kalau lagi tidur." Semburat merah terlihat di wajahnya.
"Sejak kapan, gua tidur mangap." Sewot Jedra, ia berjalan mendekat dan mengacak rambut Anindya hingga seperti singa mengamuk.