First place in my heart

Rieldeeqa
Chapter #6

°6 Kelepon (2)

"Itu buat kamu Dra, abisin."

Suara Anindya terngiang-ngiang di telinga Jedra. Aroma lavender dari gadis itu tertinggal di dalam kamarnya, Jedra hanya menikmatinya sebelum benar-benar menghilang sepenuhnya dari kamarnya, gadis itu ia minta membuatkan makan siang untuknya. Bukan bermaksud lain, sekalian karena ia malas makan masakan rumahnya hari ini.

Siapa lagi yang bisa ia minta tolong disaat hatinya sendiri tidak kuasa untuk menyiapkan makanan, Bi Asih sibuk menjaga Anita, oma pasti sedang mengajar tari dan pria itu, tidak akan pernah pulang untuk sekedar menengok anak sulungnya.

"Gua bener-bener sendirian." Ujar Jedra lirih, ia sadar selama ini hanya ada Anindya yang menemani dan menghiburnya.

Semenjak kepergian Iqbal, bukan hanya dirinya yang tersiksa, Andre pun sama dengannya. Ponselnya tidak bisa dihubungi, dan dirinya masih bertanya-tanya bagaimana kabar Andre, ia hilang seperti ditelan bumi.

Jedra menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya, menciptakan udara hangat didalam selimut, ia seperti merasakan kehangatan Bunda yang memeluknya.

Jika dirinya murung dikamar, pasti Bunda akan memeluknya dan mengelus kepalanya sembari menyanyikan lagu pengantar tidur dengan suaranya candu, namun keberadaan Bunda belum menemukan hilalnya.

"Bunda, Jedra kangen. Kira-kira Bunda lagi apa yah." Ujar Jedra, Netranya bergetar dan rasanya seperti ada ribuan pecahan kaca yang menghujami hatinya.

Ia menghapus airmata yang mengalir dipipinya dan beranjak turun dari ranjang.

Ketika sampai dilantai bawah ia mendapati aroma masakan yang mengugah selera dari dapur, seperti delusi, aromanya masakan Bunda dengan langkah lebar ia menuju kearah dapur, namun bukan sosok yang ia rindukan. Melainkan gadis berbando putih tengah menumis bumbu di wajan.

"Harum, keroncongan perut gua nih." Ujar Jedra.

Anindya melengah, menampilkan senyum dengan lesung dagu yang timbul, "Kebetulan, ambilin gua lada dong. Gua ga nyampe." Pinta Anindya mendapat cibiran dari Jedra.

"Makanya jangan pendek." Sungutnya kesal, Jedra mengambil toples yang bertuliskan lada dan memberikannya kepada Anindya.

"Makasih ya, kanjeng Prabu!" Ujar Anindya penuh penekanan.

Jedra menyeritkan dahinya dan senyum canggung tersungging di bibirnya, "Prabu?"

Anindya tersenyum tipis, memberikan senyuman termanis yang gadis itu miliki, "Iya, Prabu itu artinya baginda dalam bahasa Jawa." Jawabnya, Jedra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Oh gitu ya." Timpal Jedra sekenanya. Cepolan rambut Anindya terlepas dan membuat dirinya kesusahan menumis bumbu.

Jedra berjalan mendekat kearah Anindya dan mengambil karet yang jatuh dilantai, kedua tangannya terulur kearah rambut gadis itu, "Sini gua ikatin."

"Tumben baik,"Timpal Anindya tersenyum tipis dan membantu gadis itu mencepol rambutnya dan tersenyum tipis.

Lihat selengkapnya