First place in my heart

Rieldeeqa
Chapter #11

11. Maccaron (2)

“Pegel nin..” Rengek Jedra, ia menatap gadis itu di ujung manik matanya tengah fokus.

“Ga kuat, lu emang bener-bener dah” Gerutunya kembali, tidak digubris oleh Anindya, ia sibuk mengaduk whip cream di mangkuk.

“Anindya, capek. Udah yah, besok lagi disambung boleh?” Pinta Jedra, tangan sudah kebas akibat memegang mixer setengah jam yang lalu.

“Tahan, biar ngembang sempurna tuh ada di konsistensinya, suhunya harus pas kalau mau buat maccaron.” Tegurnya, Jedra menghela napas. Gadis itu, mengiris strawberry kecil-kecil memasukanya ke dalam whipping cream. 

Jedra menatap Gadis itu tersenyum tipis saat beberapa maccaron yang ia oven mengembang sempurna. “Bagus juga, gua punya asisten baru.” Ujar Anindya, ia tersenyum kecil.

Tangannya mengambil tisu dan menyeka dahi Jedra perlahan.

“Kasihan anak orang sampai kecapean kayak gini.” Ujarnya, manik mata mereka bertemu kembali. Jedra menghela napas perlahan, ia menyadari bahwa Anindya tidak terlalu menyukai jika kontak mata langsung dengannya.

Ia segera membuang muka dan menatap kearah adonan yang sudah mengembang dengan sempurna dalam bowl.

“Ah, coba tatap mata gua sekali aja, lu pasti bakalan tau seberapa berharganya lu buat gua.” Gerutu Jedra dalam hati.

“Lu menghela napas kayak gitu, gua bau yah dra?” Tanya Anindya gamblang, Jedra mengerutkan dahinya.

“Kenapa lu bisa kepikiran kayak gitu…” Tembak Jedra perlahan, ia memiringkan kepalanya sedikit.

“Iyalah, lu ngehela napas mulu, gua itung 7 kali kayaknya.” Omel Anindya membuat alis Jedra bertaut dan tertawa kecil, ia menahan tawa dengan ibu jari dan telunjuk yang setengah mengepal.

“Kok bisa sih lu kepikiran itu.” Tanya Jedra, Anindya hanya mengangkat bahu lempeng.

“Soalnya gua ga mandi kemarin sore, dan gua belum mandi pagi ini. Jadi wajar sih kalau lu nyium aroma ga enak dari gua.

” Jujur Anindya, ia membuang muka sembarang. Raut wajah Jedra sulit terbaca, ia berdehem tipis. “Kalau boleh jujur, lu emang agak bau sih.” Jahil Jedra, sepertinya dianggap serius oleh Anindya.

“Beneran…” Ucapnya memastikan dan Jedra, hanya mengangguk tipis. Wajah Anindya memerah sempurna.

“Kalau gitu, gua mandi dulu deh, lu masukin whipping cream setelah lu warp pakai palstik ke dalam kulkas yah.” Pinta Anindya, tanpa aba-aba gadis itu setengah berlari menuju kamarnya.

Tawa Jedra pecah, pundaknya bergetar. “Keliatan banget bocahnya pada udah gede.” Ujar Jedra disela-sela tawanya.

***


“Dek.. air di kamar mandi kamu nyala ngga?” Tanya Anindya sembari mengutuk pintu kamar Sammie, ia telah dua kali mencoba menyalakan shower dikamar mandi, tetap tidak bisa.


Sammie yang berkutat dengan pc nya itu segera membuka kamar dan mengeleng pelan.


“Ga nyala kak, kayak pompa air panasnya rusak. Nanti adek bilangin papa. Kayaknya, air di dapur aja yang nyala kak.” Jawab sammie.


Anindya menatap laki-laki dihadapannya itu dengan wajah gusar.


“Makasih yah dek.” Jawab Anindya tertekan.


Matilah gua, batin Anindya.


Anindya berjalan

mengendap-ngendap kearah dapur, ia melihat Jedra tengah berkutat dengan pisau buah dan memotong strawberry.


Gadis itu menghela napas lega, pasalnya kamar mandi yang ada dirumahnya, cuman dapur yang nyala, ia harus bertindak biasa saja, namun detak jantung tidak bisa dikondisikan dengan baik. Ia telah membawa baju ganti dan handuk juga menenteng peralatan mandi.

Lihat selengkapnya