Five Kingdoms #2

Mizan Publishing
Chapter #1

Kereta Otomatis

Lama kemudian, barulah Cole menyadari kereta otomatis itu berjalan lebih cepat daripada biasanya. Mira, Jace, Twitch, dan Joe terlelap tak lama setelah langit berubah gelap. Meskipun suasana temaram, dan batu bata besar berkaki empat yang menarik kereta itu berketipak dalam irama teratur, Cole tidak bisa menenangkan dirinya agar tertidur. Sudah berhari-hari mereka menempuh perjalanan ke negeri Elloweer. Mira sangat senang karena akan bertemu dengan saudara perempuannya, sehingga Cole terkadang bertanya-tanya dalam hati, apakah Mira ingat bahwa Honor berada dalam bahaya. Twitch diam dan tenang-tenang saja, tidak banyak berbicara kecuali jika ditanya. Joe menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mewaspadai semua bahaya yang mungkin mengadang di jalanan. Jace semakin lekas marah dan resah dari hari ke hari. Cole memaklumi tingkah laku kawannya itu. Kondisi perjalanan mereka merupakan salah satu penyebab Cole kesulitan tidur saat ini—berjam-jam terkurung dalam kereta otomatis, kurang menggerakkan badan, dan bisa tidur sebentar-sebentar kapan pun dia mau. Batas antara siang dan malam menjadi pudar, sehingga sulit untuk hidup menuruti jadwal yang teratur.

Sementara Cole duduk dalam kegelapan dan yang lain terlelap, dia dihadapkan pada kenyataan hidupnya. Beberapa minggu yang lalu, Cole masih hidup normal sebagai murid kelas enam di Mesa, Arizona. Lalu, suatu kunjungan ke rumah hantu di lingkungan tempat tinggalnya pada malam Halloween, telah mendamparkan Cole dan teman-temannya di Dunia Perbatasan—sebuah alam misterius yang terdiri dari lima negeri, dan setiap negeri memiliki corak sihir atau pemindaan yang berbeda. Rupanya terjebak di dunia lain bukan hal terburuk, sebab begitu tiba di Perbatasan, semua anak yang datang bersama Cole dimarkahi sebagai budak.

Setelah gagal dalam upaya menyelamatkan teman-temannya, Cole terpisah dari mereka ketika dia dijual ke Perompak Langit—sekelompok pemulung yang pekerjaannya menyelamatkan barang-barang berharga dari istana-istana langit yang berbahaya. Cole tidak tahu di mana teman-teman Arizona-nya berada saat ini, termasuk Dalton, sahabat karibnya, dan Jenna, cewek yang disukainya sejak bertahun-tahun lalu. Dia tahu mereka ada di suatu tempat di lima negeri ini, dan dia bertekad untuk menyelamatkan mereka. Tapi kadang kala, menemukan teman-temannya terasa bagaikan pekerjaan yang mustahil.

Satu-satunya angin segar bagi Cole di tengah persoalan itu, adalah kawan-kawan barunya di Perbatasan—termasuk Jace, Twitch, dan Mira, anak-anak sesama anggota Perompak Langit yang melarikan diri bersamanya. Joe datang untuk memperingatkan Mira akan suatu bahaya, tapi kemudian, pria itu bergabung dengan mereka. Bagi Cole, menemani Mira adalah hal penting. Gadis itu punya kenalan di seantero Elloweer, yang akan membuat perjalanan ini lebih mudah, dan yang mungkin bisa menolong Cole dalam mencari petunjuk tentang temantemannya. Tetapi itu pun sama artinya dengan menghadapi banyak bahaya, karena Mira sedang melarikan diri. Dia lari dari seorang penguasa zalim yang sangat kuat, yang kebetulan merupakan ayah Mira sendiri, sang Peminda Agung yang memaklumkan dirinya sebagai Adiraja penguasa lima negeri. Setelah sebelumnya mencuri kekuatan Mira, sang Adiraja ingin merebut kembali kekuatan itu, dan sesudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, apa yang sanggup diperbuat oleh kekuatan tersebut, Cole mengerti alasannya.

Sejak kedatangannya ke Perbatasan, Cole pernah beberapa kali bercumbu dengan maut—sewaktu mengintai istana-istana langit, saat kabur dari Bandar Langit, dan ketika harus bertarung untuk lolos dari sebuah tempat mirip alam mimpi, yang diciptakan oleh seorang anak ajaib. Dan entah kapan bahaya ini akan berakhir. Berapa kali lagi Cole mampu menyintas dari petaka?

Rumah terasa berjuta-juta kilometer jauhnya. Jarak yang sesungguhnya mungkin lebih jauh lagi. Dinilai dari segala yang terlihat, Perbatasan berada di semesta yang berbeda.

Tapi Cole kini berada di Sambria, satu dari lima negeri, dan keadaan itu tidak akan berubah dalam waktu dekat, maka yang bisa dilakukannya hanya mencurahkan pikiran untuk tujuan mereka berikutnya.

Ibunda Mira menggunakan pemindaan untuk menempatkan sebuah bintang di angkasa, di atas Honor. Itu artinya, saudara perempuan Mira sedang menghadapi masalah, tapi mereka tidak mendapat keterangan lain. Baru-baru ini, kekuatan Mira mewujud, dan mereka semua nyaris kehilangan nyawa saat mengalahkannya. Apakah kini, mereka tengah berjalan menuju pertempuran serupa? Mereka tidak tahu apa yang mengancam Honor, tetapi Mira bertekad untuk menyelamatkan saudaranya.

Bertram, si penjaga kereta, duduk terbungkuk di kursi, kedua matanya menatap lantai, wajah uzurnya hampa. Sebagai sebuah jelmaan—tiruan makhluk hidup yang dibuat dengan pemindaan—Bertram memang tidak butuh tidur, tetapi dia tidak dirancang untuk menjadi teman bicara yang asyik. Terkadang, dia memberikan informasi bermanfaat seputar jalur yang mereka tempuh. Menurut Bertram, mereka akan sampai di perbatasan negeri Elloweer besok pagi.

Biasanya, kereta otomatis itu berjalan mulus, maka ketika dua kali berturut-turut kereta itu berguncang keras, saat melindas tanah yang bumping, Cole mulai waswas. Batu bata berkaki itu berketipak lebih cepat daripada yang biasa didengarnya. Lalu, ketipak itu berganti langkah cepat, dan laju kereta pun kian kencang.

Kereta otomatis itu bukan hewan ataupun mesin, dan dibuat oleh para peminda. Kereta itu tidak kenal lelah, tapi juga tak pernah melaju kencang. Cole menepuk Bertram. “Kenapa kita semakin cepat?”

Pria tua itu menatapnya, bibirnya bergetar, sebelah matanya berkedut-kedut. Bertram hanya berbicara untuk menyampaikan informasi tentang jalanan di depan sana, atau untuk meyakinkan siapa pun yang mau mendengar, kalau dia sedang berlibur bersama dengan cucu-cucunya. Tapi, meskipun jawaban-jawabannya kadang tidak cocok, dia selalu menanggapi pertanyaan apa pun.

“Teman-Teman!” Cole berteriak. “Ada yang aneh!”

Dengkur lembut Joe mendadak berhenti. Matanya menyipit ke arah Cole. “Keretanya ngebut?”

“Ya,” kata Cole. “Dan Bertram tidak mau bicara.”

Jelmaan tua itu meringis nyeri. Sebelah tangannya sesekali mengepal-ngepal.

Joe langsung mengguncang tubuh Mira dan Jace. “Bangun!”

Twitch teperanjat seraya menegakkan badan. “Ada apa?” dia bertanya.

Batu bata melaju kian cepat bagai kuda yang mencongklang. Kereta otomatis itu berderak dan berderit, lalu tersentak saat melintasi gundukan keras, membuat tulang punggung Cole nyeri.

Jace mengeluarkantaliemasnya, alat ajaib yang diperolehnya sewaktu bekerja untuk Perompak Langit. Mira mengambil Pedang Loncat yang dibuat oleh Liam, kawan mereka, sebelum pemuda itu kembali bergabung dengan Peminda Besar Negeri Sambria.

Joe menampar pipi Bertram dengan cepat. “Bertram! Turunkan kecepatan kita! Hentikan keretanya!”

“Hentikan keretanya, Bertram,” pinta Mira.

Dengan wajah pencong, bibir Bertram menyeringai, dia menggertakkan gigi. Air liur menetes di dagunya.

“Hentikan kereta kita, Bertram,” desak Joe. “Hentikan kereta kita, sekarang!”

Sambil mengayunkan badan ke samping kanan dan kiri, Bertram menjerit. Cole panik mendengar jeritan mengerikan yang menyayat hati itu. Apakah yang membuat jelmaan tua yang tenang itu berubah sikap?

Apa pun penyebabnya, kereta otomatis itu berjalan semakin cepat.

“Apa kita melompat ke luar saja?” tanya Twitch seraya memasang cincin Elloweer miliknya, sehingga tampaklah sayapsayapnya yang hampir tembus pandang, dan kedua tungkainya yang mirip kaki belalang.

“Bagaimana dengan barang-barang kita?” tanya Jace.

Lihat selengkapnya