FIVE

mrsmathrange
Chapter #1

Chapter {5÷5}

Suara alarm pada ponsel berhasil menusuk telingaku, pertanda bahwa saat ini adalah tepat pukul lima pagi. Kubuka mataku, lalu mengedipkannya sebanyak lima kali.

Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima.

Sebelum kusibakkan selimut merah mudaku, dengan cepat kuraih ponselku dan mematikan suara nyaring itu. Kutolehkan pandanganku pada sebuah tempat tidur lain di sisi yang berseberangan dengan tempat tidurku, memastikan pemiliknya tak terusik dengan suara alarmku. Ia terbaring di sana menghadap dinding, menutupi hampir seluruh tubuhnya dengan selimut. Dari tempatku, aku hanya dapat melihat rambut gelap keritingnya saja. Syukurlah, ia masih terlelap.

Perempuan itu adalah teman satu kamarku. Anna? Dianna? Entahlah, aku tak begitu ingat namanya karena aku hanya berbicara sebentar dengannya kemarin.

Setiap dari kami mendapatkan sebuah tempat tidur bertingkat yang pada bawahnya terdapat area belajar lengkap dengan meja dan kursi. Selain itu kami mendapatkan sebuah kabinet kecil dan juga lemari yang memiliki cermin separuh badan pada pintunya. Dan semua barang-barang ini terdapat pada sebuah kamar yang terbilang kecil jika ditempati untuk dua orang. Luasnya bahkan hanya separuh dari kamarku di rumah. Lagipula, apa yang diharapkan dari asrama kampus?

Jika saja universitasku tak memiliki peraturan mengenai mahasiswa tahun pertama yang diharuskan untuk tinggal di asrama, tentunya aku akan menyewa sebuah apartemen dan tinggal seorang diri. Bukan, ini bukan karena aku tak begitu nyaman dengan kamar yang kudapatkan ini. Namun, alasan utamanya adalah karena aku tak begitu pandai bersosialisasi.

Kududukan diriku di atas kasur, sembari menggulung rambut pirangku. Kemudian aku sedikit meregangkan tubuhku. Aku mendengar beberapa tulang punggungku bergemeletuk. Wajar saja, hari ini aku cukup kelelahan mengangkat kardus-kardus berisi semua barang yang kubawa dari rumah. Bahkan beberapa di antaranya masih berada di atas meja belajarku, belum sempat kurapikan.

Aku beranjak turun dari tempat tidurku dan berdiri di dekat mejaku. Kemudian kubuka sebuah kardus yang berisi beberapa foto polaroid dan menempelkannya pada dinding area belajarku.

Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima.

Aku menghitung lima baris mendatar foto-foto yang sudah tertempel sebagai dekorasi di sana.

Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima.

Aku kembali menghitung lima baris menurun foto-foto itu. Dan... semuanya sudah sempurna menurutku! Dua puluh lima lembar foto berhasil membuat meja belajarku tak terkesan membosankan.

Lihat selengkapnya