Satu. Dua. Tiga. Empat. LIma.
Lagi-lagi aku berdiri di dekat tumpukan gelas dan menyusunnya. Aku tak menikmati pesta di tempat Finn. Sesekali kulemparkan tatapanku pada sekelilingku, mencari Sam tentunya. Namun aku belum menemukannya.
Ponselku tiba-tiba saja bergetar, seseorang meneleponku. Mataku menangkap nama Sam pada layar ponsel. Aku tersenyum. Tentunya dengan cepat aku mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?" aku sedikit menaikan volume suaraku karena terlalu bising di tempat ini.
"Di...na di...mu?" samar-samar telingaku menangkap ucapan Sam di ujung sambungan teleponku.
"Apa?" aku lebih menaikan volume suaraku kembali.
"Dimana dirimu?" akhirnya aku dapat mendengar suara Sam dengan jelas.
"Di pesta bersama Dayana dan Benjamin," jawabku. Aku yakin kalimat Sam selanjutnya adalah permohonan maaf karena tak datang pada pesta ini, mengingat aku tak melihatnya sampai lewat tengah malam.
"Aku berada di depan rumah Finn, aku tak dapat masuk ke dalam karena begitu ramai."
"Benarkah?!" entah mengapa aku begitu riang. Aku sangat riang karena dugaanku salah. Sam berada di sini! "Baiklah, tunggu di sana!"
Seperti yang Sam katakan, sangatlah ramai ketika aku menuju bagian pintu utama rumah Finn. Cukup berdesakan terutama pada bagian foyer, dan situasi di sini mulai sedikit tak terkendali menurutku. Aku bahkan sudah menemukan seseorang yang tergeletak di lantai karena terlalu mabuk. Aku sedikit mengkhawatirkan Dayana. Sesekali kulemparkan pandanganku, memastikan Dayana masih berada di tempat sebelumnya dan masih sibuk mengobrol dengan orang yang tak dikenal. Namun pergi menemui Sam adalah hal yang jauh lebih penting.
Akhirnya, aku menemukan Sam. Ia berdiri di dekat kotak surat yang bercat putih. Ia sangat tampan seperti biasanya. Namun, ada yang berbeda dengan gaya rambut nya, ia menyisirkan potongan undercut-nya ke samping.
Beberapa detik berselang, aku hanya berdiri dan terlihat bodoh karena tak sanggup mengatakan apapun ketika berhadapan dengan Sam. Ketika 'kesadaranku' kembali, aku berusaha keras untuk bersikap biasa saja.
"Umm... Di dalam benar-benar kacau," keluhku. "Aku takut mereka akan mabuk dan menghancurkan perabotan milik Finn. Bantu aku untuk membujuk mereka pulang!" ajakku.
Aku berbalik, berniat untuk kembali ke tempat Dayana berada. Namun Sam menahanku dengan menarik lenganku. Bersamaan dengan itu, jantungku seakan ingin terjatuh. Aku terlalu berdebar keras.
"Mereka akan baik-baik saja," ucap Sam. "Tapi tidak denganmu."
Aku membalikan tubuhku, kembali berhadpan dengan Sam. "Maksudmu?" Aku keheranan dengan kalimat terakhirnya.