Flames & Fleurs

SeirenešŸ€
Chapter #1

Perjumpaan Kembali

"Pangeran Verlin," suara lembut seorang perempuan mengagetkan Pangeran Verlin yang sedang asyik membersihkan busur panah di kamarnya. Pangeran Verlin menengok perlahan. Matanya menemukan sesosok anak perempuan yang sedang duduk bersila sambil menopang dagu dengan kedua tangannya. Dia menduga sepertinya sosok itu sudah memperhatikannya agak lama.Ā 

"Uh, bagaimana kau bisa tahu namaku?" Pangeran Verlin bertanya spontan dan langsung disambut tawa oleh anak perempuan itu. Pangeran Verlin terdiam sesaat sebelum menyadari kebodohan yang baru saja dilakukannya. Buat apa dia menanyakan soal itu? Sudah jelas-jelas semua orang mengenalnya sebagai calon pewaris takhta dari Kerajaan Juit.

Siapa dia? Sudah berapa lama? Pangeran Verlin membatin.

"Saya baru saja sampai, Pangeran Verlin," sahut anak perempuan itu seolah bisa membaca pikiran Pangeran Verlin.Ā 

"Nama saya Iris," anak perempuan itu beringsut maju sehingga kini mereka duduk berhadapan. Dia mengulurkan tangannya seperti hendak mengajak bersalaman. Pangeran Verlin mengerutkan keningnya. Dia hanya memandangi tangan itu menggantung di udara, tampak tidak berminat menyambutnya sama sekali.Ā 

"Baiklah," Iris kembali berbicara. Raut wajahnya tetap cerah dan dia tidak terlihat tersinggung dengan perlakuan Pangeran Verlin.Ā 

"Nama saya Iris dan saya tahu banyak hal," katanya lagi. Wajahnya memang tampak cerah tapi nada suaranya terdengar kaku di telinga Pangeran Verlin.

"Saya tahu buku kesukaan Pangeran Verlin."

"Apa?" tanya Pangeran Verlin. Dia keheranan sendiri karena merespons Iris tanpa sadar, seolah sudah terpancing dengan umpan darinya.

"Buku tentang bunga-bunga! Pangeran Verlin suka sekali melihat gambar bunga-bunga yang beragam bentuk dan warnanya itu, kan?" Gadis itu menyunggingkan senyum manis di bibirnya yang tipis. Suaranya sudah tidak sekaku sebelumnya.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Pangeran Verlin gemar berkuda dan memanah," lanjut Iris, mengabaikan pertanyaan Verlin barusan.

"Ya ..."

"Oh, apa kabar dengan Haira?"

"Siapa yang memberitahumu nama kudaku?"

"Apa Pangeran Verlin masih suka minum jus ceri?" Iris terkikik geli, membuat Pangeran Verlin mulai tidak nyaman.

"Bagaimana kau bisa tahu hal-hal seperti itu?" tanya Pangeran Verlin. Matanya mulai memandangi Iris lekat-lekat. Dia mencoba menebak-nebak usia gadis itu. Mungkin Iris kira-kira seusia dengannya, dua belas tahun, atau barangkali hanya lebih tua beberapa tahun sedikit. Dari beberapa kumpulan helai rambut yang tampak mencuat tak beraturan itu, Pangeran Verlin menduga gadis itu menggelung rambutnya dengan asal-asalan. Mungkin dia terburu-buru melakukannya, batin sang pangeran.Ā 

Dia sebenarnya cukup manis dengan gaun sabrina yang dikenakannya. Gaunnya memang tidak tampak mahal seperti milik saudara-saudara dan teman-temannya, tapi juga tidak terlihat murahan. Mungkin warnanya yang putih gading dan beberapa noda menguning di sana-sinilah yang membuat Pangeran Verlin merasa gaun sabrina itu sudah teramat dekil. Tanpa sadar, Pangeran Verlin menutup hidungnya.Ā 

"Pangeran Verlin, apakah Anda lupa Anda ini siapa?" Iris malah balik bertanya.

Lihat selengkapnya