Flames & Fleurs

Seirene🍀
Chapter #2

Awal Mula

Kini Kerajaan Phyt hanyalah tinggal nama. Setelah perang saudara yang tak usai-usai, mereka akhirnya kalah dari peperangan melawan Kerajaan Juit. Kerajaan Phyt menyatakan bersedia bergabung di bawah naungan Kerajaan Juit di daerah barat. Kedua kerajaan tersebut sebenarnya berasal dari satu dinasti yang sama, namun selalu berseteru berkepanjangan. 

Kematian raja dan ratu dari Kerajaan Phyt yang begitu tidak terduga setelah kekalahan perang itu juga menyebabkan rakyatnya kebingungan tak tentu arah. Mereka kehilangan negerinya, kemudian kehilangan pemimpinnya. Sudah jatuh tertimpa tangga, sungguh malang sekali nasib mereka. Setelah kematian raja dan ratu, maka kini semuanya sudah benar-benar berakhir.

Pangeran Io, calon pewaris takhta yang masih berusia enam tahun itu tentunya belum bisa berbuat banyak. Negerinya akan diambil alih dan bekalnya masih jauh dari kata cukup. Duke Alger, pamannya yang bergelar bangsawan setingkat di bawahnya itulah yang akan mewakilinya. Dia akan mengurus keseluruhan proses pengambilalihan kekuasaan tersebut. 

Meski begitu, empat puluh hari berlalu dan mereka masih berkabung. Utusan dari Kerajaan Juit sudah datang menyampaikan pesan dukacita sekaligus surat undangan bagi Pangeran Io untuk segera berkunjung. Akan tetapi, Pangeran Io masih juga belum memberikan respons. Kerajaan Juit pun menghormati masa berkabung itu karena bagaimanapun juga raja dari Kerajaan Phyt masih kerabat jauh dari raja Kerajaan Juit.

"Pangeran Io, kau harus segera membuat keputusan. Ini sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi. Paman cemas jika langkah kita yang lamban ini bisa membuat Raja Harold berubah pikiran dan membuat hak dan kekuasaan di negeri kita sendiri ini makin sempit” tutur Duke Alger.

“Kau tahu bukan? Kita sebenarnya berada di posisi yang cukup beruntung dibandingkan kerajaan lain yang ditaklukkan oleh Juit karena kita diberi hak otonomi," Duke Alger berhenti sejenak. Dia sedang mencari kata yang lebih mudah agar bisa dimengerti oleh anak usia enam tahun. "Itu adalah hak untuk mengatur kepentingan negeri sendiri meski kita sudah berada di bawah kekuasaan Juit."

Pangeran Io masih memandang pamannya dengan tatapan kosong. Wajahnya tidak menampilkan ekspresi apa pun. Duke Alger tidak bisa menebak apa isi pikiran kemenakannya itu. Apakah ia mengerti atau tidak? Ah, andai saja si Peramal Zoroch itu tidak mati saat perang kemarin, aku pasti sudah memintanya untuk membaca pikiran anak ini.

"Apa yang akan kaupilih?" tanya Duke Alger lagi, kali ini terdengar lebih mendesak. Sepertinya dia juga sudah mulai kehabisan kesabarannya. Ini adalah pertanyaan ke sekian yang dilontarkan Duke Alger sejak hari meninggalnya raja dan ratu, tapi Pangeran Io masih tetap bergeming. 

Dia memang tidak banyak bicara sejak kecil. Dia bahkan tidak menangis saat kedua orangtuanya tutup usia. Entahlah. Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang sebenarnya dipikirkannya. Bahkan dulu Peramal Zoroch dibuatnya cukup kesulitan ketika hendak membaca pikirannya.

"Paman," Pangeran Io mulai bicara. Dia menatap Duke Alger dalam-dalam. "Aku akan pergi ke sana." Wajah kusut Duke Alger berubah menjadi cerah ketika mendengar jawaban dari Pangeran Io. 

"Kau yakin dengan keputusan itu?" Pangeran Io mengangguk. Duke Alger mendekat dan mencengkeram bahu Pangeran Io. 

"Ingatlah ini, Pangeran Io! Paman memang berpikir agar lebih baik kau memenuhi undangan Raja Harold untuk pergi ke Juit dan tinggal di sana hingga kau tumbuh besar. Akan tetapi, kau harus ingat Paman tidak pernah memaksamu jika kau memang tidak mau.” 

“Kau masih bisa tetap di sini tapi kau tahu sendiri bukan? Kondisi di sini sedang tidak memungkinkan. Akan sangat disayangkan sekali jika calon pewaris takhta tidak hidup sebagaimana mestinya. Kau harus tetap mendapatkan pengasuhan istimewa sebagai calon pewaris takhta meski, yah, mungkin kau tidak akan bisa menjadi raja suatu saat nanti ..."

Pangeran Io mengangguk mantap. "Aku yakin, Paman. Antar aku ke Juit besok pagi."

"Baiklah."

🍀🍀🍀

Masa-masa awal Pangeran Io hidup di istana Juit adalah masa-masa yang sulit baginya. Raja Harold dan Ratu Laverna memang sudah cukup baik kepadanya. Berkat kemurahan hati merekalah dia bisa mendapatkan kembali pengasuhan istimewa yang menjadi haknya sebagai calon pewaris takhta. Akan tetapi, terkadang dia masih merasa tidak nyaman karena beberapa pelayan istana atau bahkan prajurit kelas rendahan yang masih menatapnya dengan sinis ketika tidak sengaja bersitatap. Tahun demi tahun berlalu dan Pangeran Io pun mulai terbiasa. 

"Apakah kau nyaman tinggal di sana?" tanya Duke Alger membuka percakapan. Saat ini mereka sedang berada di Hutan Huis, mengadakan pertemuan diam-diam yang tidak disengaja. Pangeran Io sedang berjalan-jalan sendirian di taman istana ketika pamannya itu datang menyusup dan menariknya paksa. Duke Alger membawanya menuju ke Hutan Huis. 

Lihat selengkapnya