BAB 13
Kedatangan Aryo dan Andra secara bersamaan di rumah sakit tentu menjadi kejutan bagi Marni. Sejak beberapa waktu Dewa koma, keduanya memang makin jarang terlihat menjenguk Dewa bersamaan. Mereka pasti datang di hari yang berbeda. Meskipun kebetulan bertemu, pasti salah satunya bergegas untuk pergi meninggalkan yang lain.
Marni menyadari, persahabatan Aryo dan Andra memang sedang bermasalah. Marni sendiri tidak mengetahui apa penyebabnya. Sekali tanpa sengaja, Marni mendengar keduanya berdebat saat berpapasan di pintu keluar rumah sakit.
“Yo, loe tega ya sama teman sendiri? Ingat loe yang sengaja bikin fitnah! Tapi sekarang apa? Loe sendiri yang ketakutan. Dasar cemen!” seru Andra sambil berkacak pinggang.
Aryo tidak menanggapi amarah Andra. Ia tidak ingin memancing keributan dan menjadi pusat perhatian. Aryo memilih pergi meninggalkan Andra yang masih berkecamuk dengan amarahnya.
Kepingan peristiwa itu melintas begitu saja di benak Marni. Marni tersenyum saat teringat mereka bermain game seharian di rumah sambil bercanda tawa. Ia berharap, Dewa bisa membawa mereka bertiga rukun kembali seperti pada masa lalu.
"Dewa ada di kamarnya. Kalian lurus saja lalu belok kiri. Kamar Dewa ada di sisi kanan, pintu nomor tiga dari ujung. Maaf, tante tidak bisa mengantar karena ada panggilan mendadak dari resto," ucap Marni lalu melanjutkan merima panggilan telepon.
“Iya, Tante…” jawab Andra dan Aryo hampir serempak. Keduanya bergegas mengikuti petunjuk arah yang disampaikan Marni.
"Loe masih punya nyali menemui Dewa? Bagus deh, gue kira si penakut Aryo bakal ngumpet di ketiak ibunya," ucap Andra ketus.
"Bukankah yang benar itu sebagai teman harusnya kita bersyukur teman kita selamat," jawab Aryo santai. Meski tidak bisa dipungkiri juga jantungnya berdegup kencang.
"Loe lihat siapa yang menggonggongkan sesuatu yang bodoh, hah?" Andra yang emosi memegang kerah baju Aryo seolah ingin memukulnya keras-keras. Aryo tidak mau kalah. Ia menepis tangan Andra dan memelintirnya ke belakang.