Akhirnya setelah proses panjang itu, aku sampai di sekolah baru tepat waktu dan aku di arahkan untuk menuju papan pengumuman oleh kakak osis cantik yang gak aku ketahui siapa namanya. Tiba-tiba terdengar suara dari sound didepan sekolah, suara itu menyuruh kami untuk baris sesuai kelas yang sudah tercantum dalam papan yang udah aku lihat tadi. Aku segera baris seperti yang sudah diintruksikan dipengumuman. Setelah itu tibalah dua wanita yang ternyata kakak osis yang ditugaskan untuk membimbing kelas baruku. Aku tidak menyangka jika salah satu dari dua wanita itu adalah kakak osis cantik yang membantuku tadi dan ternyata namanya adalah Zeva, lebih tepatnya Zevana Ayudia , tingginya sekitar 165 cm yang tidak lebih tinggi dari ku, kulitnya putih dengan rambut lurus,hidung pesek,dan mata yang seikit lebar. Memang dia sangat cantik dan pastinya menjadi dambaan semua cowok normal. Disebelahnya adalah Reva Saputri atau dipanggil Reva kakak osis yang cantik, kurus, sedikit lebih tinggi dari Zeva, yaitu 168 cm tingginya. Kulitnya putih dengan hidung yang sedikit mancung, rambut yang panjang dengan sedikit bergelomvang, cantik sih tapi tak membuatku mengalihkan pandangan dari Zeva. Kami semua diarahkan untuk berkeliling sekolah untuk mengenal lingkungan sekolah. Entah mengapa pandangan Reva selalu mengarah kepadaku, entah hanya perasaanku saja tau apa, yang pasti aku merasakannya sedari tadi. Padahal dari tadi aku cuma diam dan tidak ramai seperti temen-temen lainnya yang berada di tiga barian dari belakangku. Setelah cukup lama berkeliling sekolah, kita semua disuruh untuk memasuki ruangan kelas untuk memperkenalkan diri.
Pandaangan Zeva begitu jelas mengarah kepadaku sekarang ini. Waktuku maju kedepan untuk memperkenalkan diri.
Temen-temmen perkenalkan nama gue Aderald Reynand
Temen-temen bia panggil gue Al
Umur 16 tahun, tempat tangga lahir di Blitar, 31 Agustus 2000
Rumahku bisa dibilang jauh dari sekolah, karna aku bukan murid zonasi kayak kalian.
Hehehe bercanda kok, tapi beneran.
Entah mengapa saat itu Zeva sibuk terus mencatat dan sesekali memandangiku. Saat terakhir perkenalan pasti selalu diakhiri sesi tanya jawab, semua tampak biasa saja kecuali 2 kakak osis, Zeva dan Reva semuanya dengan cepat mengangkat tangan secara bersamaan dan saling menatap beberapa detik, “Iya kak mau tanya apa?” tanyaku. Dengan cepat meraka melontarkan pertanyaan yang sama,
“Dek kamu udah punya pacar?”
Tanya mereka berdua dengan semangat dan mereka berdua saling menata satu sama lain dengan ekspresi terkejut. Pertanyaan mereka membuatku bingung, dalam hati aku ngomong, “Kenapa sih mereka berdua kok jadi aneh banget?”
Dengan sedikit ragu gue menjawab, “Nggak punya kak,emangnya kenapa?”
Zeva tidak menjawab malah melihatkan ekspresi tegang dan bingung, sementara Reva dengan lantang dan sepertinya tanpa pikir panjang menjawab,
“Jadi gini dek, kalo masih kelas 1 biasanya ada sidak, jadi gausah pacaran dulu.”
Karena masih merasa kebingungan, aku bertanya lagi,
“Kenapa cuma aku yang ditanya gitu, kok yang lain nggak?” Jawabku dengan ekspresi kebingungan.
Teetttttttt teettt tettt bel istirahat berbunyi keras. Zeva dan temannya menyuruhku dan teman-teman untuk istirahaat dulu dan melanjutkan obrolan setelat istirahat.
“Ah udahlah gue lupain aja, gak penting juga sih itu buat gue,” pikir gue dalam hati, dan keluar kelas menuju kantin sekolah untuk istirahat.
Dikantin suasana cukup ramai tapi aku memilih duduk sendiri dibangku pojok dekat wastafel. Saat aku sedang asik makan bakso mbak kantin yang enak dengan es jeruk yang dingin saat cuaca panas itu seseorang tiba-tiba menghampiriku.
“Dek aku duduk sini ya?” tanya seorang cewek yang sepertinya gak asing terdengar ditelingaku. Dengan nada bertanya tapi sedikit memaksa, dia langsung saja duduk.