MOS telah berakhir dan dilanjutkan dengan MPLS artinya 3 hari lagi aku masih harus didampingi oleh 2 kakak osis cantik. Bukanya senang karna akan didampingi 2 kakak OSIS cantik itu, tapi aku sangat malas karna akan selalu diganggu dengan cara-cara yang nenurutku amat sangat menjijikan itu. Pagi-pagi aku sudah datang kesekolah dan membersihkan bangku yang sering kududuki, tepat di pojok belakang samping jendela. Aku terkejut melihat sebuah surat bersampul putih kecoklatan dengan gambar hati pada belakang amplop yang tidak lain untuk penutup amplop agar tidak mudah terbuka. Tanpa pikir panjang, aku segera membuka amplop tersebut. Aku kaget bukan main karena ternya surat itu pemberian Zeva, ternyata dia ingin bertemuku sepulang sekolah di parkiran belakang sekolah. Aku bingung, bukannya aku sombong, tapi males aja meladeni tingkah anehnya. Tapi kalau tidak kutemui, aku bakalan dikira sombong, jadi ku putuskan untuk menemuinya saja saat pulang sekolah.
Kemarin saat dikelas, Zeva selalu memerhatikanku, tapi tidak untuk hari ini. Entah apa yang merasukinya, tapi aku tidak mengetahuinya. Sebaliknya, dari awal aku masuk sekolah, disetiap hari, jam, menit, bahkan detik, Reva selalu memperhatikanku. Tak jarang pula dia medekatiku seolah memberikan perhatian yang lebih pada kepadaku. Bahkan lebih perhatian dari Ayahku sendiri mungkin. Seperti saat bolpoin yang ku pakai macet, dia langsung menghampiriku dan memberikan bolpoinya kepadaku, mungkin jika bolpoin ku jatuh dia dengan sigap berlari dan meluncur untuk menangkap bolpoinku seperti adegan ada film laga, hehehe itu hanya angan-anganku saja yang tidak mungking beneran dilakuin Reva, semoga memang tidak dilakuakan karna jika itu dilakuakan hanya akan membuatku malu saja dan menjadi objek tontonan satu kelas, bahkan bisa jadi buah bibir satu sekolah.
Teeetttttt teettttt teeeetttttt teeeetttttttt, bel pulang sekolah berbunyi, aku segera menuju parkiran belakang untuk menemui Zeva. Satu jam aku menunggu tidak terlihat sama sekali batang hidung wanita itu.
“Yaudahlah gue pulang aja, dari pada buang-buang waktu berharga ini disini.”
Keesokan harinya, aku tak sengaja bertemu Zeva di parkiran berakang sekolah sebeum bel masuk berbunyi, aku bertanya kepadanya perihal surat yang aku temukan kemarin,
“Kak kenapa kemarin ngasih surat buat ketemuan sama kakak di parkiran belakang sekolah, tapi kakak sendiri yang gak datang?” tanyaku dengan sedikit kesal kepadanya, dia terlihat kaget dan sontak menjawab,
“Hah? Surat itu udah aku kesih kamu dari dua hari yang lalu bukan kemarin, jadi aku ga tau kalau kamu kemarin ke parkiran nungguin aku, aku kira nungguin Reva,” jawabnya ketus dengan suaranya yang khas menusuk tajam ketelingaku.