Jantungku berdebar. Kurasakan kengerian yang dahsyat membayangkan seberapa banyak korban yang akan Tom hasilkan. Jumlah yang mampu menjadi titik tolak rencana Tom Horowitz memulai perang.
Aku bayangkan pertunjukan yang awalnya mengundang decak kagum dari akrobat udara jet-jet tempur antar negara. Lalu para pilot itu kehilangan kendali pesawat mereka ... atau malah mereka kehilangan kendali atas diri mereka sendiri. Para pilot itu berubah menjadi zombi yang dikendalikan Tom, dan mereka menghunjamkan pesawat mereka ke podium penonton.
Dunia akan berduka ....
Dunia akan murka ....
Dunia akan menuntut balas ....
Emosi seperti itu akan menyulut prasangka dan saling mencurigai. Emosi seperti itu membuat manusia menjadi mudah digiring untuk saling ... memusnahkan.
“Tapi di sini tertulis flock of Birds,” ucap Maya sambil meraih kertas pesan Babel itu dari tanganku. Menghentikan dan mengalihkan alur berpikirku.
Flight of birds—Terbangnya para burung.
Flock of birds—Sekumpulan burung-burung.
Aku tidak melihat bedanya, tapi … mungkinkah ada maknanya?
Aku termenung sesaat sampai Kapten Nemo berkata kepadaku, “Ada yang mau disampaikan, Ian?”
Mendapati pertanyaan Kapten Nemo, aku sejenak terperangah sebelum bisa menjawab. “Expo sebesar ini memang momen tepat dan cocok dengan profil Tom, tapi …. Ayahku pernah bilang, firasat itu jahat—maksudku, jika kita memprediksi sesuatu dan memang terjadi, ada keangkuhan yang muncul dari dalam diri kita atau kita akan terbiasa dengan prediksi sehingga menutup kemungkinan lain yang bakal terjadi. Sebaliknya, jika kita prediksi sesuatu dan tidak terjadi, maka ego kita akan kesulitan menerimanya dan berharap predikisi itu terjadi. Demi Allah, aku harap tidak terjadi apapun yang buruk di Paris Airshow itu, tapi pencegahan harus ada. Kita tidak bisa meyakinkan seluruh dunia adanya ancaman Tom Horowitz, ya, `kan? Dan kita juga tidak bisa menunggu sampai sel-sel teror Tom aktif. Satu-satu cara saat ini adalah menghantam aset-aset yang Tom punya. Dimulai dengan Northtope, karena aku pernah di sana, melihat sumber daya dan kapabilitas mereka. Setidaknya kita bisa merampas data yang mereka punya dan bertindak sesuai dengan kondisi yang ada selanjutnya. Meski …, meski ada kemungkinan itu pun sudah terlambat. Kalau Paris Airshow itu adalah titik tolak Tom, dan itu tinggal tiga hari lagi. Mereka tentunya sudah ada di posisi tempur.”
Kapten Nemo tersenyum, terkesan kecut tapi dalam artian positif. Dia setuju dengan penjelasanku.
“Tapi itu langkah yang paling masuk akal. Kita tidak bisa melakukan apa-apa soal Paris Airshow, sampai kita tahu apa yang akan mereka lakukan di pameran itu. Tapi tetap saja, kita mesti menempatkan agen di pameran itu. Setidaknya cari tahu apa yang akan mereka lakukan terhadap sirkus Flight of Birds itu!” tandas sang kapten.
“Mungkin kita bisa memeriksa apa akrobatik udara itu bersenjata atau tidak,” Ali memberi ide. “Itu akan memberi indikasi mereka akan menyerang atau tidak. Saya punya aset di Paris.”
"Juga, apakah para pilot itu pernah melewati ... semacam brain surgery?" tambahku. "Kemungkinan besar Tom akan mengendalikan para pilot itu."
Semua yang ada di anjungan seketika menatapku. Mereka tentu menyaksikan bagaimana keadaanku ketika dikendalikan mesin Tom, dan itu merupakan variabel ancaman yang cuku besar. Lalu, ditambah zombi-zombi itu mengendalikan jet tempur .... Perasaan ngeri itu nyata!
Kapten Nemo segera beralih ke putranya.
“Ya, periksa rekaman medis para pilot itu! Dan juga cari tahu daftar tamu penting yang hadir di pameran itu. Mereka yang berpotensi jadi target, berpotensi bisa diyakinkan dan dijadikan sekutu. Baik! Kalian punya perintah masing-masing! Laksanakan!”
“Siap, Kapten!” ucap Ali dan beberapa rekannya yang sepertinya sudah diberi arahan sebelum aku, Maya dan Anita datang.