Tania memasuki pesawat yang akan ditumpanginya, ia mencari – cari bangkunya seperti orang yang kebingungan. Ternyata tak jauh dari Tania berdiri, teman – teman Tania sedang melihat Tania yang kebingungan mencari bangkunya.
“Tania – Tania. “ Rosa menggeleng – gelengkan kepalanya heran dengan Tania yang tidak melihat keadaan temannya, padahal cuman sejarak 2 meter dari tempatnya berada.
Mita menahan tawanya. “Harusnya sekarang kita lagi rekam Tania nih,,” Mita menambahkan volume tertawanya “Sumpah ini lucu banget.” Mendengar perkataan Mita, Rosa terkekeh pelan seraya mengacungkan jempol kepada Mita.
Mita menengok kearah kaum lelaki yang asik bermain game, “Yahh, mereka mulai lagi deh Ros..” Mita melirikkan matanya kearah Rio dan Abdul.
Rosa yang belum menghentikan tawanya menyenggol lengan Abdul yang sedang asyik memainkan game di smartphone miliknya “Dul – dul liatin tuh Tania gemesin banget.” Abdul hanya diam tidak merespon Rosa.
Seperti estafet, giliran Abdul yang menyenggol lengan Rio “Yo, gebetanmu lagi dikerjain sama duo serigala.”
Mendengar akan hal itu Rio menghentikan aktivitasnya, ia memukul kecil kepala Abdul dengan handphone miliknya “Eh kutu, duo srigala, mana si bidadari surgaku ‘Si Tania’ kok blom datang sih ? Apa jangan – jangan dia nggak jadi ikutan?“
Abdul mendiamkan sejenak pasca ia dipukul kecil oleh Rio, namun sesaat Rio menghentikan ucapannya gilran Abdul yang memukul kepala Rio dengan handphone miliknya. “Ulet nangka!! Sakit tau dipukul pake HP.” Abdul meletakkan Hpnya sejenak sembari mengusap-usap kepalanya “Pengen tau kenapa Tania lama?” Rio mengangguk-angguk penasaran. “Noh arah jarum jam satu, tuh liat bidadari impianmu tuh lagi dikerjai sama duo serigala gegara dia lagi telat. “
Rio melihat kearah jam tanggannya, mencari kearah mana jam satu. Ia berdiri dari tempat duduknya dan mendapati Tania yang kebingungan. “Bid...” belum sempat Rio mengucapkan kata ‘bidadari’ untuk memanggil Tania, Tania telah menengok ke arah teman – temannya.
“Eh,, Rio. Eh.. kalian!!” Tania tersenyum gembira, ia terlalu polos sampai – sampai ia tak tahu jika sedang dijahili oleh teman – temannya. Teman – temannya pun tersenyum canggung.
Rosa tertawa singkat “Tan, lama amat sih. Kenapa?” Tania duduk disebelah Rosa. “Ros aku deket jendela ya? Boleh kan ?” Tetapi Rosa malah menatap sinis kearah Tania karena pertanyaannya tak dijawab oleh sahabatnya itu. “Jawab Tan.” Rosa menyilangkan tanggannya kedepan. Tania tersenyum “Iya – iya, nanti bakal aku jawab setelah aku duduk disitu, minggir dulu deh, mau deket jendela. Please… ini kan pertama kali aku terbang Ross..” raut Tania memelas. Akhirnya Rosa mengalah, dan menggeser tubuhnya ke bangku sebelah kanannya, meninggalkan bangkunya tadi.
Setelah Tania duduk dibangku kesayangannya, ia pun mulai bercerita. “Kau ingin tau kenapa aku bisa telat Ros?”
Rosa Menganggukan kepalannya “Iya Tan. Apaan?”