Flora of Chamy Land

Fidiya Sharadeba
Chapter #2

Jebakan


Flora tidak mengerti, apa yang dilakukan Aurum di sini. Sudah lama sekali Aurum pindah dari Chamy Land ke negeri di dekat laut yang lokasinya lumayan jauh.

"Flora? Ternyata kau."

Aurum duduk dan menepuk celananya yang kotor terkena debu saat jatuh tadi. Matanya masih sibuk mengawasi langit dan mencari-cari ke arah mahluk besar tadi terbang.

Bukan hanya celana Aurum yang tampak kotor. Secara keseluruhan, ia tampak lusuh. Bahkan tangannya penuh goresan luka. Seolah-olah ia habis berjalan jauh dan kelelahan. Perut Aurum yang tiba-tiba berbunyi telah membuktikan hal tersebut.

"Rumahku tak jauh dari sini. Kau mau ikut? Di sana, kau bisa istirahat sejenak," tawar Flora. Ia merasa iba melihat keadaan Aurum.

Wajah Aurum memerah karena malu. Seketika ia menolak tawaran Flora, "tidak, terima kasih. Aku harus pergi."

Flora menatapnya heran ketika menyaksikan Aurum pergi secepat ia bisa. Sayap Aurum terlipat lunglai dan langkahnya terhuyung-huyung, tapi sepertinya ia bertekat untuk segera menyingkir dari hadapan Flora.

"Ya sudahlah!" Flora hanya mengangkat bahu. Banyak sekali pesanan yang harus diselesaikannya hari ini. Sebaiknya ia berhenti mengurusi peri tengil tak tahu diri seperti Aurum.

***

Menjelang sore hari, Flora berhasil menyelesaikan sebuah gaun berbahan kelopak bunga matahari. Gaun itu sangat cantik dan mekar, berhias untaian embun-embun beku di sekelilingnya. Tentu saja, saking rumitnya, gaun itu telah menghabiskan seluruh persediaan benangnya yang terakhir.

"Astaga," keluh Flora. "Benangku benar-benar habis, padahal aku ingin menambah beberapa hiasan lagi di bagian lengan."

Flora mengintip melalui jendela barat dan merasa cemas ketika menyadari bahwa matahari sebentar lagi terbenam. Tak ada pilihan lain, ia terpaksa pergi ke rumah Tuan Archie.

***

Tuan Archie tinggal di dekat gerbang masuk Chamy Land, agak jauh dari rumah Flora. Rumahnya berupa tenda yang terbuat dari jalinan benang produksinya yang berwarna keperakan. Sekeliling rumah itu berhias untaian embun yang selalu berkelip memantulkan cahaya bulan dan bintang di malah hari, serta berfungsi sebagai kristal-kristal kecil yang membiaskan warna pelangi di siang hari.

Dengan perlahan dan hati-hati, Flora memasuki halaman rumah Tuan Archie. Ia tidak ingin menyenggol apapun yang terbuat dari benang laba-laba. Disodoknya tombol bel di pintu dengan sebuah ranting yang ditemukannya di jalan.

Lihat selengkapnya