Flowers of Battlefield

Alexandro Pradeska Gunawan
Chapter #5

Tropaeolum (1)

Rencana strategi mereka akhirnya jadi. Alvaros meminta bantuan kepada kepala desa untuk mengumpulkan penduduk.

Seluruh penduduk yang ada di desa yang masih sanggup untuk melakukan pekerjaan lalu dikumpulkan di tengah desa, di bawah pohon yang cukup besar.

Alvaros menaruh sebuah kotak untuk ia gunakan sebagai pijakan agar ia bisa dilihat oleh para penduduk.

Alvaros naik ke kotak kayu itu, menarik napas panjang lalu...

“SELAMAT PAGI PARA PENDUDUK DESAA!!” Serunya.

Penduduk desa yang tadinya mengobrol sendiri, mendadak melihat ke arah Alvaros dengan tatapan heran.

“Hai, semuanya. Maaf mengganggu waktu kalian sebentar. Ada yang hendak disampaikan oleh orang aneh ini.” Kata Rashuna dari belakang Alvaros.

“Woi, pakai kata yang bener kenapa.” Kata Alvaros jengkel.

Para penduduk mulai berbisik satu dengan yang lain.

“Ahem... Maaf mengganggu waktu senggang kalian, para penduduk Desa Irenbelle. Sebelumnya perkenalkan, nama saya Aranel. Saya ditugaskan oleh atasan untuk membantu wanita satu ini dalam menuntaskan masalah di sini.” Kata Alvaros, tentu saja bagian ‘ditugaskan oleh atasan’ itu akal-akalannya saja supaya ia mendapat kepercayaan penduduk.

“Jadi begini, saya dengar ada seekor monster yang menyerang desa ini hingga menimbulkan korban. Saya hendak menyampaikan sebuah strategi yang akan kita gunakan untuk mengalahkan monster tersebut. Karena strategi ini membutuhkan bantuan para penduduk sekalian, maka saya mohon kerjasamanya.”

Alvaros mulai mendapatkan perhatian penduduk kembali. Ia lalu mulai menjelaskan apa yang diperlukan untuk menjalankan strateginya.

“Kita akan membuat sebuah lubang jebakan di desa ini. Saya butuh orang-orang yang mampu menggali tanah hingga cukup dalam untuk menjadi jebakan monster itu. Lalu kita juga akan membangun dinding dari kayu untuk membatasi akses dari si monster agar gerakannya lebih mudah diantisipasi. Untuk itu saya butuh orang yang bisa menebang beberapa pohon dan menaruhnya hingga mengelilingi desa ini. Selain itu, saya juga butuh tali yang banyak. Kalau tali yang ada sekarang kurang, silakan bagi yang tidak bisa melakukan pekerjaan berat untuk membantu membuat tali.” Kata Alvaros.

Penduduk desa mulai berbisik-bisik satu sama lain.

“Sebelum saya lanjutkan, apakah ada yang kurang jelas?” Tanya Alvaros.

Tidak ada yang merespon.

Beberapa saat kemudian, seorang anak perempuan mengangkat tangannya dengan gemetar.

“Ya, bagaimana?” Alvaros mempersilakan anak itu untuk bertanya.

“A... Apakah ren...rencana ini akan berhasil...?” Tanya anak itu.

“M...Maksudku... monster itu sangat cepat dan besar... Kemarin... ia sudah me...mema...kan anjingku, B.. Baran, ternak... dan juga...” Lanjut anak itu dengan gugup.

Mendengar keraguan dari seorang anak kecil, Alvaros ikut gugup. Ia mencoba untuk menguasai dirinya sendiri lalu menjawab pertanyaan dari anak tersebut.

“Begini... Jujur saja aku juga tidak tahu apakah rencana ini akan berhasil atau tidak. Aku belum pernah melihat monster itu, apalagi bertarung dengannya. Tapi, bukankah ini lebih baik daripada kita tidak melakukan apapun? Strategi ini layak dicoba.” Jawab Alvaros.

Anak perempuan tadi terlihat masih gemetar dan ketakutan, ia sepertinya belum tenang mendengar jawaban Alvaros.

Alvaros menghela napasnya.

“Lagipula, di sini ada Nona Rashuna yang super kuat dan jenius kan? Kau tidak perlu khawatir! Dia pasti bisa membuat rencana ini bekerja!” Kata Alvaros sambil melirik ke arah Rashuna.

Rashuna yang disinggung diam saja, ia tidak berbicara apapun lalu berjalan ke arah anak perempuan itu.

Rashuna mengelus rambut anak itu dan berkata, “Tenang saja, semuanya pasti akan kulindungi.”

“Kau lihat sihirku kemarin kan? Jangan cemas, aku pasti bisa mengalahkannya!” Kata Rashuna.

“Siapa namamu, gadis kecil?” Tanya Rashuna.

“F... Fala...” Jawab anak perempuan itu.

“Nama yang bagus! Nah, Fala. Lakukan saja apa yang orang aneh itu katakan, selebihnya biar aku yang melindungi kalian semua!” Kata Rashuna menenangkan Fala.

Lihat selengkapnya