Mereka berdua masuk ke goa itu. Bau busuk sangat tercium, bahkan di mulut goa tersebut.
“Ugghhhh…. Busuk sekali baunya…” Kata Alvaros.
Rashuna tidak menjawab, ia terus berjalan dengan gemetaran sambil menutup hidungnya.
Mereka menemukan sesuatu di ujung goa tersebut.
Bentuknya tidak jelas, seperti serigala namun tidak juga.
Yang jelas, makhluk itu sudah membusuk.
“B…Benda apa itu?” Kata Alvaros.
“Ini... Chimera.” Jawab Rashuna
“Hah? Chi...Apa?”
“Chimera! Telingamu kemasukan apa sih, sedekat ini saja nggak dengar?” Jawab Rashuna jengkel.
Alvaros menggerutu di belakangnya.
Rashuna memeriksa mayat chimera itu.
“Hmm.... Bentuknya mirip seperti monster yang kemarin menyerang desa.” Gumam Rashuna.
Rashuna menyudahi investigasinya lalu membakar mayat chimera itu dengan sihirnya.
Mereka berdua lalu segera keluar dari goa karena bau bangkai yang masih tercium di situ.
“Fiuh... Baru kali ini aku bersyukur bisa menghirup udara segar.” Kata Alvaros.
“Ayo kita lanjutkan perjalanan.” Ajak rashuna.
Mereka pun melanjutkan perjalanan.
“Ngomong-ngomong, tadi itu sebenarnya apa?” Tanya Alvaros.
“Sepertinya anak dari monster yang kemarin.” Jawab Rashuna.
“(Terkejut) Untunglah sudah mati”
“Ya... Tapi ini juga pertanda buruk.”
“Maksudmu?”
“Aku tahu beberapa chimera yang cenderung tidak berbahaya. Monster kemarin harusnya adalah salah satunya.”
“Lalu, apa pertanda buruknya?”
“Monster kemarin termasuk kategori fenrir. Mengamuknya fenrir liar biasanya dikarenakan dua sebab: nyawanya terancam atau kelaparan.”
“Lalu?”
“Seharusnya, fenrir tidak perlu makan karena sumber energinya adalah energi sihir yang ada di sekitarnya. Dari penampakan mayat-mayat tadi, sepertinya itu sudah mati sekitar 3-4 hari yang lalu.”
“He eh...” Alvaros masih belum begitu mengerti.