Pagi telah datang, matahari sudah cukup tinggi menyinari bumi dan seisinya.
Terdengar burung-burung berkicau dan suara kota yang mulai hidup kembali.
Alvaros terbangun di salah satu kamar dari rumah minum. Sinar matahari mencoba menembus tirai jendela kamar. Alvaros segera membuka tirai kamarnya dan turun ke lantai bawah.
“Pagi pak, baru bangun?” Sapa Oliver.
Alvaros dengan muka bantal membalas sapaan Oliver, “Hoaahhemmm.... Ya. Jadi, kapan kita berangkat?”
“Segera setelah sarapan, pak.” Kata Oliver sambil menyodorkan semangkuk sup dan sepotong roti kepada Alvaros. Alvaros menerimanya dan memakannya.
Mereka berbincang sedikit sembari sarapan.
“Jadi, apa nama samaran kalian?” Tanya Alvaros kepada mereka bertiga.
“Ivar” Kata Oliver.
“Juno” Sahut Jim.
“Caden” Jawab Cliff.
“Aku Aranel. Baiklah, akan kubiasakan memanggil kalian dengan nama itu. Kalian juga tolong panggil aku dengan nama samaranku.” Kata Alvaros.
Seusai sarapan, Alvaros dan Oliver pergi untuk menemui tukang obat.
Saat terang, suasana kota ternyata cukup berbeda dibandingkan dengan saat malam hari. Strondum begitu ramai, banyak orang dari berbagai tempat juga berada di situ. Ada pedagang, petualang, prajurit, bahkan orang dari Dwipa juga terlihat berlalu-lalang.
Alvaros dan Oliver berhenti di sebuah toko obat.
“Apa-apaan ini? Masa ini harganya 500 Kronos? Kau mau memerasku?”
“A... Anu... Itu tanaman langka, jadi...”
“Apanya yang tanaman langka! Aku bahkan bisa menemukannya di gunung. 200! Ambil atau gak?”
“T...Tolong lah, nona... Aku sulit sekali mencarinya, masa cuma 200?”
“Yaudah, aku pergi nih.”
“350! Gimana kalau 350!?”