Flowers of Battlefield

Alexandro Pradeska Gunawan
Chapter #17

Dahlia (1)

Alvaros dkk pergi menjauh secepatnya agar tidak dikejar oleh prajurit Ceres.

Setelah cukup jauh, mereka lalu beristirahat.

“Hosh, hosh, hosh... Sepertinya kita sudah cukup jauh.” Kata Alvaros ngos-ngosan.

“Hosh, hosh... Ya, sepertinya begitu.” Balas Jim.

Mereka lalu membuat sebuah rute perjalanan.

“Jadi dari sini kita berjalan ke arah barat, kalau jalan kita benar maka seharusnya kita akan mencapai Baer besok sore. Dari Baer kita berjalan ke arah selatan kurang lebih jaraknya dua hari, kita akan sampai di perbatasan.” Oliver menjelaskan.

“Baiklah kalau begitu. Tapi sebelum kita pergi...” Alvaros mengeluarkan seikat bunga Rainbow Lily dari Rashuna.

“Kita buat dulu ramuannya.”

Alvaros lalu mencari batu dan sebuah wadah yang bisa ia gunakan untuk membuat ramuan.

Setelah menemukannya, ia membilas batu dan tempat menumbuknya dengan air. Oliver mempersiapkan bahan-bahan ramuan yang dibawanya. Setelah semua siap, Alvaros mencampurkan semua bahan lalu menumbuknya.

“Hei, hei, hei! Kau nggak pakai takaran?” Kata Cliff.

“Aku nggak tahu takarannya, Cuma bahan-bahannya yang aku tahu.” Jawab Alvaros.

Ramuan itu akhirnya jadi, Alvaros mencampurnya dengan air agar mudah diminum.

“Nah, silakan.” Kata Alvaros mempersilakan.

“Mana mungkin aku mau meminumnya! Kau nggak pakai takaran! Gimana kalau malah jadinya beracun?” Tolak Cliff.

“Cliff, minum. Itu perintah.” Kata Oliver dengan tatapan tajam.

Cliff langsung menurut, ia mengambil ramuan itu dengan ragu-ragu.

“Kalian juga.” Kata Alvaros.

“Ah, aku tidak usah. Rambutku masih biru kan?” Kata Oliver.

“Semuanya harus minum, untuk jaga-jaga kalau-kalau di tengah jalan rambutmu kembali seperti semula.” Kata Alvaros.

Oliver lalu menurut. Mereka berempat meminum ramuan itu dengan cepat supaya pahitnya tidak terlalu terasa.

Namun ternyata ramuan itu lebih pahit dari yang dibuat simbah.

Alhasil mereka berempat mual dan hampir muntah.

“Baiklah, kita bersihkan ini lalu melanjutkan perjalanan.” Kata Alvaros dengan wajah pucat.

“Baik pak.” Kata yang lain.

Mereka lalu melempar batu yang digunakan untuk menumbuk sejauh mungkin, membereskan sisa-sisanya dan melanjutkan perjalanan.

Lihat selengkapnya