Matahari sudah meninggi, langit yang tadinya masih remang-remang mulai terang.
“Ayo kita kembali, kita harus keluar dari sini secepatnya.” Ajak Alvaros.
“Baik.” Kata Rashuna sambil mencoba untuk berdiri.
“Sudah sini kugendong saja, nanti malah kakimu tambah parah.” Kata Alvaros bersiap untuk menggendong Rashuna.
“Biar aku jalan sendiri, aku tidak mau merepotkanmu terus.” Kata Rashuna.
Alvaros tersenyum mendengarnya.
“Huh, dasar tukang repot.” Katanya sambil membantu Rashuna berdiri.
Alvaros membantu Rashuna berjalan dengan memapahnya.
Ketika hendak masuk goa, tubuh Rashuna kembali gemetar karena takut.
“...Ugh... Aku harus bisa.” Katanya dalam hati, ia terus berjalan dengan dibantu oleh Alvaros.
Mereka akhirnya masuk ke dalam goa.
Kali ini Rashuna mencoba untuk tidak menutup matanya seperti yang sudah-sudah. Ia memberanikan diri untuk melawan rasa takutnya.
“Pelan-pelan.” Kata Rashuna pada Alvaros.
Alvaros lalu memelankan langkahnya.
Setelah beberapa saat, mereka lalu sampai di percabangan yang kemarin, kali ini mereka memilih jalan yang satunya.
“Kita istirahat dulu.” Kata Alvaros.
Mereka berdua lalu duduk. Rashuna mengelus-elus kakinya karena masih sakit.
Akhirnya Rashuna terbiasa dengan kegelapan dan tidak gemetaran lagi.
“Bagaimana kakimu?” Tanya Alvaros.
“Masih sakit...” Jawab Rashuna.
“Tidak usah memaksakan diri begitu, nanti bengkaknya tambah parah.” Kata Alvaros.
“Tidak apa-apa, tidak usah pikirkan ini. Sudah kubilang, aku tidak ingin merepotkanmu terus.” Kata Rashuna.
“Ya sudahlah, terserah kau saja.” Sahut Alvaros.
Mereka beristirahat cukup lama, karena keduanya cukup lelah menyusuri jalan yang panjang.
“Ayo jalan lagi.” Ajak Alvaros.
Rashuna mengangguk, Alvaros membantunya berdiri dan kembali memapah Rashuna.
Mereka berjalan cukup jauh dari percabangan tadi.
Tiba-tiba Rashuna terjatuh, kakinya semakin sakit dari sebelumnya.
Alvaros memeriksa kaki Rashuna. Benar saja, bengkaknya semakin parah.
Ia lalu melihat ke arah Rashuna.
Rashuna meringis kesakitan dan napasnya tidak teratur.
Alvaros menempelkan tangannya ke dahi Rashuna, hangat.
Nampaknya Rashuna demam.
“Apa boleh buat...” Gumam Alvaros.
Alvaros mengangkat Rashuna di punggungnya, ia kembali menggendong Rashuna seperti sebelumnya.
“Maaf, aku malah merepotkanmu...” Kata Rashuna pelan.
“Kalau mau minta maaf, harusnya dari tadi.” Sahut Alvaros.
Alvaros terus berjalan di lorong goa tak berujung tersebut.
“Aku jadi ingat... Dulu ayahku juga menggendongku seperti ini...” Kata Rashuna pelan.
“Pasti dia sangat sayang padamu.” Sahut Alvaros.
Rashuna tersenyum.
“Ya... Dia selalu menggendongku kalau aku menangis. Dia mengajakku berkeliling sebentar lalu aku pasti tertidur setelahnya.” Kata Rashuna.
“Apa yang terjadi dengannya?” Tanya Alvaros.