Flowers of Battlefield

Alexandro Pradeska Gunawan
Chapter #34

Camellia

Hari mulai gelap, Rashuna dan Alvaros belum mencapai Baer.

“Sudah mau malam, ayo kita cari tempat untuk istirahat dulu. Kalau bisa di dekat sungai, air kita mulai menipis.” Kata Alvaros.

“Sebentar ya.” Rashuna mencari perairan di dekat situ menggunakan sihirnya.

“Di depan kita ada sungai kecil. Tinggal maju beberapa ratus langkah kita bakal sampai.” Kata Rashuna.

“Praktis sekali ya sihirmu itu.” Kata Alvaros.

“Hoo, jelas dong.” Kata Rashuna bangga.

Mereka sampai di sungai yang dimaksud, airnya sangat jernih.

Mereka berdua lalu memutuskan untuk bermalam di dekat sungai itu.

Alvaros mengumpulkan beberapa ranting dan batang kayu kering untuk mereka bakar menjadi api unggun.

“Ignis” Rapal Rashuna, menghasilkan api untuk membakar kayu yang telah ditata oleh Alvaros.

Alvaros memeriksa bekal mereka, rupanya roti yang mereka beli dari sebuah desa di Dragnite telah menjamur.

“Kita tidak bisa makan ini.” Kata Rashuna.

“Aku sih tak masalah memakannya.” Kata Alvaros.

Rashuna menurunkan alisnya, mengambil roti-roti berjamur itu lalu membakarnya di api unggun.

“Ahhh... Sayang sekali...” Kata Alvaros.

“Akan susah bagiku kalau kau sakit, aku nggak mau kita harus sering-sering berhenti karena kau mau buang air.” Kata Rashuna.

“Huh... Baik, ibunda!” Kata Alvaros kesal sambil pergi ke arah sungai.

“Hei! Apa maksudmu memanggilku begitu!?” Seru Rashuna.

Terlihat Alvaros terjun ke sungai itu, mencari ikan.

Sungai itu ternyata tidak ada ikannya. Kalaupun ada, hanya ikan-ikan kecil yang bahkan tidak layak disebut makanan.

Alvaros melihat seekor ikan yang lebih besar daripada ikan-ikan lainnya, meski sebenarnya itu tergolong ikan yang berukuran kecil. Alvaros berusaha menangkapnya dan ia berhasil.

“Nih.” Kata Alvaros menyerahkan ikan itu pada Rashuna.

“Lah, apaan nih?” Keluh Rashuna.

“Adanya. Udah, makan aja.” Kata Alvaros.

Mereka lalu membakar ikan itu di api unggun.

Setelah matang, mereka membagi ikan berukuran tidak lebih dari jari telunjuk itu menjadi dua.

Mereka makan ikan itu dan tentu saja sama sekali belum kenyang.

Terdengar perut mereka yang keroncongan.

“Memangnya tidak ada ikan lagi di situ?” Tanya Rashuna.

“Nggak, ini aja yang paling besar.” Jawab Alvaros.

“Duh...” Rashuna masih sangat lapar karena seharian itu ia belum makan.

Mereka memang sengaja makan sehari sekali untuk menghemat persediaan.

Namun karena terlalu berhemat, bekal roti mereka malah keburu berjamur sebelum mereka memakannya.

“Yaudah, minum aja yang banyak biar terasa kenyang.” Usul Alvaros.

Rashuna meminum air sebanyak mungkin, perutnya jadi kembung karena terlalu banyak minum air.

Demikian pula Alvaros juga meminum air untuk mengganjal perutnya.

Malam itu berlalu dengan mereka yang tidak bisa tidur karena harus bolak-balik buang air kecil.

Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan dengan lesu karena kelaparan dan kurang tidur.

Wajah Alvaros dan Rashuna sama-sama pucat dan terlihat tidak bertenaga.

“Ayoo... Cepat... Menuju... Baer...” Kata Alvaros.

“Pokoknyaa... Harus... Sampai...” Kata Rashuna.

Meski dengan keadaan demikian, mereka akhirnya sampai di Baer pada siang hari.

Berbeda dengan saat Alvaros terakhir kemari, Baer tidak lagi dijaga ketat oleh prajurit.

Sebelum mereka masuk, Rashuna menyerahkan mantelnya pada Alvaros untuk menutupi kepalanya.

Mereka lalu masuk ke kota dan langsung mencari penginapan untuk beristirahat.

“Makaaannn....” Kata Alvaros pada pemilik penginapan.

“Beri kami makaaannn...” Sambung Rashuna.

Orang-orang di situ melihat ke arah mereka berdua.

“Ini silakan dimakan.” Kata pemilik penginapan sambil menyerahkan seporsi lengkap makanan.

Mereka berdua makan dengan lahap, bahkan Rashuna yang biasanya makan dengan perlahan untuk menjaga kesopanan sudah tidak peduli dengan hal itu.

Alvaros menghabiskan tiga porsi makanan, Rashuna lima porsi.

“Huuuhhh!! Kenyaanng!” Seru Rashuna.”

Mereka benar-benar menjadi perhatian orang-orang di situ.

“Bibi, kami minta kamar untuk tidur!” Kata Alvaros.

“Siang-siang begini kalian mau melakukannya? Dasar anak muda penuh gairah ya.” Kata pemilik penginapan tersenyum lebar.

“Sudahlah, kami sangat lelah karena perjalanan yang panjang.” Kata Rashuna.

“Ya sudah, silakan naik.” Kata pemilik penginapan.

Mereka diberikan sebuah kamar yang berisikan ranjang untuk dua orang.

Melihat kamarnya, mereka mematung.

“Anu... Apa ada kamar lain? Yang sekamar rame-rame.” Kata Alvaros.

Pemilik penginapan mengernyitkan dahi.

“Ah, rupanya selera kalian yang seperti itu ya.” Kata pemilik penginapan.

Lihat selengkapnya