Tak butuh waktu lama, Alvaros bisa keluar dari hutan tersebut.
“Thilivern... Roh penjaga Ceres ya...”
Alvaros memacu kudanya secepat mungkin menjauh dari hutan tersebut.
Tak lama kemudian, ia sampai di sebuah desa.
Sama seperti sebelum-sebelumnya, desa ini juga sangat jarang laki-lakinya, hanya terdapat para perempuan, anak-anak, orang-orang tua dan para pria yang sudah kehilangan beberapa anggota tubuhnya.
“Permisi, maaf mengganggu. Di sini daerah mana ya?” Tanya Alvaros pada salah seorang penduduk.
“Kau bukan dari sekitar sini ya? Ini Desa Tundrell.” Jawab penduduk tersebut.
“Ah, iya. Ngomong-ngomong, apakah ada yang punya peta di sini? Petaku hanyut di sungai.” Tanya Alvaros lagi.
“Wah, malang sekali nasibmu. Di sebelah sana ada toko, tanya saja pada pemiliknya. Mungkin dia punya satu.” Kata penduduk tersebut.
Alvaros berterima kasih pada orang itu lalu berjalan menuju toko yang dimaksud.
“Permisi...” Alvaros berkata pada pemilik toko yang sedang sibuk membersihkan dagangannya.
“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” Tanya pemilik toko.
“Apakah anda punya peta?” Tanya Alvaros.
“Tentu saja! Mau yang peta daerah sini atau yang peta negara?”
“Yang peta negara saja.”
Pemilik toko pergi ke belakang tokonya. Setelah beberapa saat ia kembali dengan segulung kertas.
“Ini, harganya 200 Kronos.” Kata pemilik toko.
Alvaros berpikir sejenak, apa kira-kira yang bisa ia tukar dengan peta itu.