Flowers of Battlefield

Alexandro Pradeska Gunawan
Chapter #38

White Lily

Setelah seharian berkuda, Alvaros tiba di Eldur pada petang hari.

Sebuah desa yang sangat sepi, hampir tidak terlihat seorangpun di situ.

“Jadi, ini kampung halamanmu ya...”

Alvaros mencari penginapan, namun ia tidak menemukannya.

Boro-boro penginapan, bahkan tidak tampak seorangpun yang menjalankan bisnis di sini.

Alvaros lalu bertanya pada seseorang yang lewat.

“Permisi, maaf mengganggu. Aku petualang yang mencari tempat beristirahat, apakah ada penginapan atau sejenisnya di sini?” Tanya Alvaros.

Orang yang ditanyai tidak berkata apapun, ia hanya menunjuk satu tempat.

“Jadi di situ? Baik, terima kasih.” Kata Alvaros.

Orang itu lanjut berjalan tanpa mengucapkan apapun.

“Suram amat sih.” Pikir Alvaros.

Ia mengarahkan kudanya ke tempat yang ditunjukkan oleh orang tadi.

Sebuah rumah yang tidak terlalu besar, hanya ada satu pintu dan dua jendela tanpa kaca di sebelahnya.

“Yang benar saja, masa ini penginapan?” Pikir Alvaros.

Alvaros masuk ke bangunan itu, sangat gelap, tidak ada cahaya sedikitpun.

“Halo...? Ada orang di sini?” Kata Alvaros.

Tidak ada jawaban.

“Maaf mengganggu, saya cuma mau beristirahat.” Kata Alvaros lagi.

Tidak ada jawaban.

Prak...!

Kakinya menginjak sesuatu.

“Apa ini...?” Alvaros mengambil sesuatu yang ia injak.

“Pecahan kaca...?” Gumamnya.

Tiba-tiba jendela rumah itu tertutup oleh sesuatu.

“Apa-apaan!?” Seru Alvaros panik.

Seketika celana Alvaros bercahaya.

Alvaros mengeluarkan kristal pemberian Thilivern dari celananya.

Kristal itu bersinar sangat terang.

Sesuatu yang menutupi jendela seketika sirna.

“Apa-apaan itu tadi...?

Kristal itu tetap bersinar, menerangi bangunan itu.

Alvaros melihat seisi bangunan itu.

Bangunan itu tampak seperti rumah yang baru saja dijarah.

Semua perabotan rusak, meja dan kursi terbalik, lemari terjatuh, kaca-kaca berserakan, kertas-kertas bertebaran.

Alvaros menemukan sebuah lentera kecil yang masih ada minyaknya.

Ia lalu menyalakan lentera itu, seketika cahaya dari kristal pemberian Thilivern meredup lalu menghilang.

Alvaros melihat sebuah pintu pojok ruangan.

Ia membuka pintu itu, di baliknya terdapat sebuah kamar tidur lengkap dengan perabotannya.

Di lantai terlihat sebuah gambar tua tergeletak, Alvaros mengambilnya.

Gambar seorang pria tegap dan gagah yang berdiri di sebelah wanita cantik dan anggun yang menggendong seorang anak perempuan.

“Mungkinkah ini keluarganya...?” Gumamnya.

Ia lalu tertuju pada sesuatu yang menonjol di lantai.

Alvaros menarik benda yang menonjol itu, membuka sebuah pintu rahasia menuju ruang bawah tanah.

Alvaros menelan ludahnya, ia seperti baru saja menemukan sebuah kebenaran dari suatu misteri.

Dengan perlahan, Alvaros menuruni tangga.

Ia sampai di ruangan bawah tanah bangunan itu.

Di situ banyak buku berserakan, kertas-kertas dan dokumen yang bahkan tidak bisa ia baca.

Di ujung ruangan, terdapat sebuah tabung kaca berukuran besar, kira-kira satu manusia dewasa bisa muat di dalamnya.

Alvaros lalu berjalan ke arah meja di situ.

“Buku apa ini...?” Gumam Alvaros ketika melihat sebuah buku yang masih terbuka di meja itu.

Ia mengambil buku itu lalu membacanya.

“Semuanya huruf Ceres biasa...” Gumamnya ketika ia mulai membacanya.

Bulan 3 Hari 20

Akhirnya kutemukan!.

Setelah berbulan-bulan aku melakukan penelitian sendirian, usahaku akhirnya berbuah.

Tak kusangka, ternyata semudah ini untuk melakukan transplantasi jiwa. Dengan ini, aku bisa memindahkan jiwanya pada tubuh lain!

Bulan 3 Hari 22

Kukira akan mudah, ternyata masih banyak yang harus kulakukan untuk menyempurnakannya.

Semua tubuh yang kubuat sama sekali tidak bisa menahan sebuah jiwa. Semuanya rusak!

Bulan 3 Hari 26

Aku mencoba menggunakan beberapa ramuan, namun hasilnya tetap sama!

Apa memang tidak bisa melakukan transplantasi jiwa?

Ah, tidak. Pasti hanya usahaku yang kurang. Aku tidak akan menyerah!

Bulan 4 Hari 9

Akhirnya! Tubuh yang kubuat bisa hidup!

Meski baru jiwa binatang, tapi ini adalah sebuah perkembangan yang bagus!

Lihat selengkapnya