Flowers of Battlefield

Alexandro Pradeska Gunawan
Chapter #43

Nasturtium

Alvaros merangkak mendekat ke arah Rennd.

“Rennd... Pak tua...” Kata Alvaros sambil memeluk Rennd di tangannya.

“Al... Maaf...” Kata Rennd lemah.

“Bertahanlah Pak Rennd!” Kata Alvaros panik.

“Tolong sampaikan.... Uhuk... Ke put... Uhuk... Putriku... Aku sangat.... Me... nyayanginya...”

Rennd mengembuskan napas terakhirnya.

Alvaros berdiri, ia sangat murka.

Tiba-tiba kristal pemberian Thilivern itu bercahaya lagi, kali ini cahayanya berwarna merah padam.

“A...Apa-apaan...?” Juno ketakutan melihat Alvaros yang mendadak berubah menjadi sangar.

“Jim, bukan... Juno... Kau sudah mengkhianatiku dan mengkhianati Dragnite.”

“Su... Sudah kubilang kan kalau aku ini hanya loyal pada Ceres? Kalian saja yang gampang ditipu!”

“Sesuai dengan Undang-Undang Dragnite yang sudah tertulis... Setiap pengkhianat akan dihukum mati... Dan akulah yang akan menjadi eksekutormu!” Kata Alvaros sambil berlari dengan kecepatan yang tidak normal ke arah Juno.

“Tu... Tunggu! VENTUS! VENTUS!” Kata Juno panik.

“Kenapa sihirku tidak bekerja...?”

Alvaros meraih leher Juno, mencekiknya lalu mengangkat Juno ke atas.

Juno meronta-ronta di tangan Alvaros.

“A... Akhh....Am..Pun...” Juno tidak bisa bernapas.

Alvaros meremas leher Juno hingga tercabik.

KLAK!

Terdengar suara tulang patah.

Badan Juno terkujur lemas.

Ia mati di tangan Alvaros, secara harafiah.

Suasana ruangan kembali hening.

Sinar kristal pemberian Thilivern meredup.

Di situ hanya Alvaros yang berdiri sebagai pemenang.

Ia melihat ke arah Rashuna yang berada di dalam tabung ekstraksi.

“Maaf menunggu lama.” Katanya pelan.

Lihat selengkapnya