"Apa yang ibu ucapkan adalah doa. Jadi ibu tidak pernah mencaci anak dengan kata kasar, maka pahamilah jika ibu ingin yang terbaik untuk anaknya kelak.”
–Westryna Lenzia–
***
Teriknya siang tidak membuat seorang lelaki yang berada di jalan trotoar berhenti berjalan. Angin yang berhembus tidak bisa meredakan suhu yang memang semakin panas di karenakan matahari sudah berada di atas.
Mengusap keringat yang ada di pelipisnya, "Siang yang panas, mengapa aku repot harus keluar membeli makanan. Lalu apa gunanya Deo di rumah?!” lelaki itu menggerutu sambil berjalan menuju sebuah pohon dekat taman.
"Fuuihh... Harusnya aku membawa jaket tadi! Eh kalo aku memakai jaket akan bertambah panas, hm... mungkin aku perlu kipas agar sedikit sejuk,” gumam lelaki itu di bawah pohon sambil memasukkan salah satu tangan ke saku celananya.
Seperti mantra, beberapa menit kemudian hembusan angin berhembus melewati lelaki itu, "Akhirnya, seperti beban terangkat sedikit saat datang.” gumamnya sambil memejamkan mata menikmati semilir angin yang tersisa.
Hingga suara dering ponsel membuatnya membuka mata, decakan kesal terdengar dari mulutnya. "Ya siapa!? Mengganggu saja, apa kau tidak tau disini panas sekali, hah!” tanpa melihat sang penelpon ia langsung berkata ketus saat panggilan terhubung.
"Owh, sekarang anak cerdas berani dengan mom!!” suara seberang terdengar geram dan kesal.
Dengan cepat lelaki itu menjauhkan ponsel untuk melihat nama penelepon, "eh, mommy!. Ada apa nih, nggak biasanya nelpon anak cerdasnya mommy?” segera lelaki itu berucap dengan nada ceria, seolah tadi bukan dirinya yang berbicara.
" Jangan banyak alasan, kau tau pasti mengapa mommy cantikmu menelepon anak cerdasnya?!”
Lelaki itu memundurkan ponsel dari telinganya saat suara dari sang ibu terdengar keras seperti berteriak di hutan. "Dikurangi mom untuk teriak teriaknya. Ini anak mom yang cerdas bisa masuk rumah sakit untuk periksa telinga lho,” dengan sedikit tawa ia membalas dengan candaan.
" Dimana posisi mu anak cerdas! Kau harus pulang! Akan ada acara malam ini dan kau harus menghadirinya anak cerdas!”
Lelaki itu mendengus, menghadiri untuk apa kalau itu hanya membuat ku bosan. "Kan mom sekarang sudah tau di mana posisi ku. Jadi mom jemput secepatnya ya! Atau anak cerdas mom ini akan lari lagi!” lelaki itu memutuskan panggilan cepat sebelum seberang menjawab.
Ia menatap sekitar, banyak orang berlalu lalang. Lalu menatap taman bermain yang ramai orang dewasa, anak anak, remaja, bahkan yang sudah lanjut usia pun ada. Langkah kakinya mendekat ke suara tangis seorang gadis kecil berumur tiga tahun yang menarik pendengarannya.