Fly Free

Risna.linqeiu
Chapter #3

Fly Free | Chapter 3 ~ Rencana ~

"Ketika kau ingin mati dan di kabulkan dengan pembunuhan yang berada di depan mata, apa yang akan kau lakukan?

Apa kau akan menyerah dan menerimanya, membuat dirimu menjadi pengecut sesungguhnya yang lari dari masalah. Atau apa kau melawan pembunuh itu untuk menyelesaikan masalahmu dan mati dengan perjuangan yang kau impikan?

Pilihan mu menentukan nasibmu bukan? Maka jangan kau sesali apa yang sudah kau tentukan, jalani semuanya walau pahit, mungkin semua akhir tidak selalu indah? Tapi akhir yang tidak indah itu selalu membekas untuk menjadi pengalaman, pengalaman mu yang tak kan pernah kau ulangi lagi...”

–Diana Akira Afiana-

***

"Nona sepertinya kita diikuti,”

Aku mengangguk tanpa mengalihkan pandanganku dari handphone, aku melihat beberapa titik merah berada di depan. Senyum miring ku terbit, "kau bisa minggir tanpa mengurangi kecepatan? Biar aku yang menyetir”

"Tapi nona ini–”

"Ikuti perintah ku atau kau mati karena di depan ada teman mereka yang menunggu kita!” sentak ku hampir hilang kesabaran. Sungguh ia sangat tidak suka dibantah di saat seperti ini.

"Ba-baik nona!” dengan takut bodyguard itu menjawab lalu perlahan berdiri dari jok sambil menyetir. Aku segera berdiri sedikit membungkuk agar kepala ku tidak terketuk atap mobil.

"Awas nona!” teriak bodyguard di sampingku saat aku hampir saja menabrak lelaki yang mengendong anaknya? Namun dengan cepat aku kembali melajukan mobil dengan kecepatan penuh sebelum mobil yang ada dibelakang mendahului.

Aku segera memegang kendali mobil dan menancap gas lebih cepat lagi dari sebelumnya. "No-nona di depan!!” ucap bodyguard lagi –membelalakan matanya– saat melihat dua mobil mengahalau jalan.

"Tenang saja. Mereka tidak akan bisa membuat ku berhenti!” dengan kuat aku membanting setir, membuat mobil yang ku kendalikan berputar ditempat.

Lalu kembali menancap gas menuju arah sebaliknya. Aku dengan senyum manis menatap mobil yang sebelumnya mengejar. Namun hanya sebentar, senyum ku hilang tergantikan wajah muram ku saat melihat salah satu orang didalam mobil yang mengejar ku mengeluarkan kepalanya dan sebuah pistol.

"Sial” gumamku, segera aku membelok kan setir untuk menghindari peluru yang di lepas lawan didepannya. Aku sasarannya, saat melihat semua peluru yang mengarah ke bagian titik vital.

Dengan kuat aku membanting setir ke kiri, membuat kap mobil kiri ku dan kap mobil kanan yang mengejar ku bertabrakan. Mobilku bergetar pertanda jika tabrakan yang di hasilkan sangat kuat, segera aku menancap gas meninggalkan mobil yang sebelumnya mengejar berhenti karena menabrak pembatas jalan.

-----------------

"Jangan pernah kau sebut kejadian tadi kepada tuan mu itu! Atau kau akan menjadi seperti jendral yang ada di bingkai itu!!” ancam Diana pada bodyguard yang diam mematung di dekat mobil.

Setelah melihat Diana menghilang, ia menatap bingkai jendral yang ditunjuk sebelumnya. "Jadi ketua mati karena nona” ucap tercengang, menatap foto Dendron Vabion, sang ketua bodyguard yang dua tahun lalu yang dinyatakan meninggal karena suatu penyakit.

Dendron Vabion juga adalah jendral militer yang di bawa Kevin dari kemiliteran. Bukan karena Dendron kehilangan jabatannya sebagai jendral, namun ia mengabdikan dirinya pada Kevin karena sebuah balas budi.

Segera bodyguard itu memasuki mobil, membawa mobil ketempat garansi atau ke tempat rongsokan karena mobil sudah penyok sana sini.

Ia menghela nafas pelan, sepertinya ia juga akan pergi seperti jendral atau ketua bodyguard yang dulunya sangat ia kagumi itu jika Kevin mengetahui keberadaan mobil yang seperti ini.

---------

"Baru pulang Anna, kau terlambat lima menit!”

Sambutan yang diterima Diana setelah memasuki ruang keluarga bukan sapaan indah, melainkan tatapan tajam Kevin beserta suara beratnya.

"Cepat ganti bajumu kemudian pergi keruang tamu. Joandy sudah datang tujuh menit lalu, jadi kau harus cepat!!” setelah berkata begitu, Kevin bangkit dari duduknya kemudian pergi menuju ruang tamu.

Diana mencebik kesal, sambil melangkah menuju kamarnya. Ia langsung berganti baju dengan baju jas hitam formalnya dengan bawahan celana hitam panjang. Menata rambutnya dengan jari jarinya, lalu memakai lipstik tipis. Selesai. Ia berjalan menuju ruang tamu untuk bertemu Joandy.

Joandy adalah manajer bisnis perhiasan yang ia desain sendiri, namun yang diketahui orang lain desain yang di keluarkan perusahaannya tidak diketahui nama pembuatnya. Itu adalah keinginannya. Untuk Kevin, ia juga tidak mengetahuinya.

Yang diketahui Kevin, Diana akan menjadi wakilnya untuk rencana investasi beberapa perhiasan.

Joandy Arandika, itulah namanya. Lulusan manajemen terbaik di universitas X di umur sembilan belas tahun dari semua orang yang seumuran dengannya ia adalah yang terbaik. Walaupun Kevin pertama kali tidak setuju jika Diana ingin membuat perusahaan di bisnis perhiasan, dengan segala cara akhirnya Kevin pun menyetujui permintaan Diana dengan beberapa syarat. Dan Joandy adalah orang yang ia pilih sendiri saat seleksi interview, dia juga orang kepercayaan Diana di semua bisnis untuk mewakilinya.

Setelah bekerja selama tujuh bulan dengan diana, sekarang Joandy menjadi lebih mahir hampir semua bidang. Itu semua berkat pelajaran dan arahan yang diberikan Diana.

Lihat selengkapnya