"Definisi adik lelakiku? Adik lelaki yang tampan, tentu menurutku tidak. Hanya yang bisa membuatku suka saat melihatnya kesal. Dan setelahnya, kekacauan yang akan ia perbuat karena kekesalan itu. Yah...sangat sederhana, bukan?”
–Frian Elfardo–
***
Setelah mendapat ceramah panjang dari ayahnya, Akzaro Xienzo, dengan cepat meninggalkan ruangan pribadi yang biasa sang ayah pakai, Frian berjalan sedikit berlari di lorong yang berdinding kaca. Ia dengan jelas melihat apa yang terjadi di bawah dari kaca. Ia tertawa kecil melihat pemandangan langka, membuatnya berhenti sejenak.
"Aaahhh, mom tolong! Rendra di kejar Flova!!”
"Roarr!”
Suara anak lelaki berteriak bersamaan dengan raungan hewan berwarna putih biru bercorak itu terdengar bersamaan. "Sudah diperingatkan beberapa kali, anak nakal itu! Kau akan menanggung akibatnya sekarang,” berjalan mendekati kaca yang memperlihatkan anak kecil yang di kejar oleh seekor harimau putih, Frian tampak menikmati pemandangan langka tersebut.
"Mommy! Mommy! Help me, mommy!!” suaranya yang kekanakan khas anak yang tersirat ketakutan membuat beberapa maid yang mengawasi sang tuan muda ketiga ketakutan dan panik. Ingin menolong tapi takut dengan hewan yang mengejar sang tuan muda kecil mereka. Membuat mereka dilema.
Frian melihat dengan kekehan kecilnya, terlihat tampan dengan matanya yang menyipit seperti bulan sabit. Ia masih memperhatikan tanpa turun tangan untuk menghentikan anjingnya yang bermain dengan sang adik.
"Astaga! Anak kecil mom yang pintar! Apa yang kau lakukan hingga membuatnya mengejar mu?!” ibu Frian datang dari ruang keluarga yang langsung menghubungkan taman tengah. Ia berteriak melihat Zarendra anak bungsunya yang berlari dikejar harimau peliharaan Frian.
Sejak umur enam tahun, Frian kecil selalu merengek ingin memelihara harimau. Bahkan agar permintaannya di kabulkan, ia tidak makan selama dua hari. Membuatnya mau tidak mau harus menuruti keinginan Frian itu. Hingga sekarang harimau itu –flova, nama yang diberikan frian karena harimau itu berkelamin betina– sangat jinak, namun entah karena apa sekarang flova mengejar Rendra di taman tengah.
Rendra menyesali apa yang diperbuatnya, ia seharusnya– "Roar!”, ia berhenti berfikir dan segera menambah kecepatan berlarinya saat melihat Flova sudah hampir mendekat. "Huaaa! Kakak Frian tolong Rendra! Help me mommy!!” ucapnya penuh ketakutan saat matanya tanpa sengaja melihat sosok kakaknya yang menertawakan dirinya yang berlarian dengan sang peliharaan kakaknya.
"Frian, hentikan Flova! Dia bisa menyakiti adik mu!” suara mommy yang terdengar memohon membuat Frian menghentikan tawanya. Ia menatap datar ke bawah, adiknya yang masih berlari, peliharaannya yang terlihat senang mengejar sang adik, mommy-nya yang mengkhawatirkan sang adik dan maid yang ingin menolong sang adik ketakutan karena peliharaannya.
Menghela nafas berat ia berjalan kearah tempat kejadian, tapi masih membiarkan peliharaannya untuk bersenang-senang bermain dengan sang adik. "Kau membuat Flova marah karena apa? Dia tidak pernah marah jika tidak kau usik.” ucapnya gamang saat sudah di taman tengah. Ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, menatap adiknya yang masih berlari berputar-putar di taman.