Fly Free

Risna.linqeiu
Chapter #5

Fly Free | Chapter 5 ~Ditemukan?~

Bandar Udara Paris-Charles de Gaulle, Prancis | 10.34 am.

"Kak, kau dimana?!” ucap Frian kesal saat sambungan terhubung.

Sejak turun dari pesawat Barcelona-Prancis, Evina izin pergi ke kamar mandi. Sudah dua jam berlalu dan batang hidung Ervina masih belum muncul, hingga berakhir ia harus menelponnya.

Suara dentuman musik terdengar di seberang telfon membuat Frian mengeryit, "biasa lah...kau tau kan.” ucapan Ervina hampir tidak terdengar akibat berisiknya suara musik.

Frian menghela nafas, kakaknya ini memang selalu bisa membuatnya jengkel. "Dimana? Kau bisa bilang kan tempatnya, aku malas mencari mu.”

"Ya? Kau bilang apa? Suaramu tidak terdengar.”

"Tempat mu dimana sekarang kak?!!” sentak Frian membuat beberapa orang di bandara menoleh ke arahnya, ia tidak peduli membuat orang sekitarnya terganggu.

"Cari sendiri...bye dulu ya, aku akan pergi dengan temanku,”

Setelah itu sambung diputus sepihak sebelum ada jawaban. Kedutan terlihat samar di sudut bibir Frian saat melihat layar ponselnya. "Kakak sialan, menambah beban saja! Jika bukan karena syarat dari iblis itu, aku juga bisa membuat mu tidak di temukan sekarang!” ucapnya menggebu-gebu dengan tangan di samping yang sudah terkepal erat.


Dengan dengusan kesal, ia beranjak dari tempatnya. Langkah kakinya membawanya ke mobil Lamborghini yang sedari tadi sudah menunggu. Senyum tersungging di bibirnya. Seperti awan mendung sudah menjadi cerah, "pergi ke cafe yang memiliki makanan enak,” ucapnya senang setelah duduk di dalam mobil.

"Tapi tuan muda, nona muda belum kem--” Tatapan tajam terarah kepada sang supir, membuatnya takut melanjutkan perkataannya. Lalu mengangguk pelan. Dengan cepat mobil Lamborghini pergi dari bandara.

Akzaro menatap Ervina yang berjalan keluar dari mobil setelah perintahnya, lalu pandangannya menatap lurus pada kaca mobil depan. "Jaga baik-baik kakak mu itu. Walau ia sangat patuh di rumah, tapi di luar aku tau sifatnya. Dia menyembunyikan diri dengan baik. Aku bahkan pernah terkecoh," ucapnya dengan kekehan kecil di akhir kalimat tanpa mengalihkan pandangan.

"Heh, kau mengakuinya. Dulu bahkan kau tak mempercayai apa yang kuucapkan saat itu,” Frian tertawa kecil terdengar seperti mengejek. Dalam hati ia selalu iri dengan sang kakak yang sangat di percayai ayahnya, bahkan ia selalu berada dalam bayangan sang kakak. Tak pernah di anggap ayah sendiri.

"Tentunya itu dulu, sekarang berbeda. Walau aku masih ragu percaya pada anak polos sepertimu, aku ingin kau menjaga kakakmu itu--selalu. Jika kau ingin ikut acara pembukaan toko itu, kau harus datang bersama kakakmu. Kalau tidak, kau akan tau sendiri nanti,”

Frian memutar bola matanya saat mendengar perkataan Akza. Lalu beranjak dari duduknya untuk keluar mobil. "Tanpa kau suruh pun aku selalu menjaga kakakku itu. Hanya dia yang mengerti mengapa aku menjadi seperti ini. Dan untuk acara itu, sepertinya aku memang harus mengikuti perkataanmu.” ucapnya berlalu sambil menutup pintu mobil, lalu mengejar kakaknya yang berteriak sambil melambaikan tangan di dekat pintu bandara.

Kilasan percakapan Akza berputar dalam pikiran Frian yang memandang kaca. Sudah delapan menit berlalu sejak mobil yang ditumpanginya sampai di sebuah cafe sederhana di dekat sungai Seine.

"Tuan muda.”

"Tuan muda.”

Panggilan Rao membuat Frian sadar dari lamunannya, lalu keluar dari mobil. "Kau boleh pergi, jemput empat jam kemudian,” ucapnya sebelum berbalik berjalan menuju cafe yang langsung di jawab anggukan Rao.

Klinting klinting klinting ....

Saat membuka pintu berbarengan suara lonceng yang berbunyi. Frian sedikit takjub saat melihat isi yang ada di dalam cafe. Ia belum pernah melihat desain cafe yang terlihat mewah namun nuansanya tidak terlalu menonjol dengan warna ungu gelap.

Cafe sudah sangat ramai, banyak orang berbincang, bercanda tawa, dan beberapa pasangan bermesraan. Ia memilih duduk di dekat dengan lemari yang berisi beberapa vas dengan bunga lavender, dan buku buku yang mungkin boleh di baca pengunjung cafe.

"Tuan, ini menu yang ada di cafe kami. Silahkan memilih beberapa menu baru yang selalu berbeda setiap harinya untuk penutup,” seorang pelayan wanita dengan baju pelayan berwarna ungu gelap, ada beberapa ukiran unik di bajunya.

Ukiran itu berbeda di setiap baju pelayan. Senyum lebar Frian menyambut pelayan itu, dengan cepat ia melihat beberapa menu yang ingin di pesan. Ia sungguh tertarik dengan pemilik cafe yang membuat hal hal unik di dalam cafe ini.

Setelah memilih beberapa menu yang segera di catat dan menggoda pelayan yang sepertinya termakan rayuannya hingga tersipu itu, akhirnya sang pelayan bisa pergi untuk memberi pesanan pada koki dengan wajah memerah.

"It's funny how they say when you find someone,

Heart speeds up, time slow down

Things get heavy heavy but you know we ain't done yet

It's funny how you wait 'til the moment comes

Moment's here, moment's gone

Kiss you heavy heavy but you know we ain't done yet”

Frian menoleh ke arah suara dari arah tengah cafe, seorang wanita menyanyikan here with me – Elina. Ia terseyum melihat wanita yang bernyanyi sambil memegang gitar itu. Pandangan semua orang tertuju pada wanita itu, bahkan tidak ada suara terdengar selain petikan gitarnya dan suaranya.

" 'Cause it's those lights

Lihat selengkapnya