Fool's Gold

Syafa Amelia
Chapter #2

#2 FG - Kepercayaan

Pintu lift terbuka, Aksara berjalan keluar mengarah ke ruangan tempat ia bekerja. Sebelum masuk ke dalam ruangannya, sudah menjadi rutinitas Aksara menghampiri meja Inta, asisten dirinya dalam bertugas. Inta akan memberitahu Aksara mengenai jadwal dan tugas apa saja yang akan dilakukan hari ini.

Sesampainya di meja Inta, Inta sudah berdiri dengan tegap memegang ipad di tangannya. Inta tersenyum menyambut kedatangan Aksara. Aksara membalas senyuman Inta. “Selamat pagi, Pak.” Inta menyapa Aksara.

“Pagi.”

Inta menyalakan ipad, melihat jadwal Aksara. “Hari ini Bapak tidak memiliki jadwal khusus, tidak ada rapat, tidak ada jadwal makan siang bersama juga. Hari ini Bapak hanya perlu memeriksa laporan keuangan bulan ini. Laporannya sudah saya taruh di atas meja Bapak, dan soft file laporannya sudah saya kirimkan ke email Bapak.”

Aksara mengangguk. “Oke.”

Setelah mengetahui jadwalnya hari ini, Aksara kembali berjalan menuju ruangannya. Aksara melepas jas yang ia kenakan ketika sudah sampai di dalam ruangan. Aksara menyandarkan punggungnya ke kursi dan menatap langit ruangan. Saat ini Aksara merindukan Indira, Aksara ingin tau apa yang sedang dilakukan Indira dan bagaimana kabar Indira pagi ini.

Aksara mengeluarkan ponsel dari saku celana, Aksara tidak melihat ada pesan dari Indira. Aksara memperhatikan foto wallpaper dirinya dan Indira yang sedang tersenyum. Aksara menghela nafas, ia menaruh ponsel di atas meja. Kemudian Aksara merenggangkan tubuhnya dan menenangkan pikirannya sebelum berinteraksi dengan banyak angka di komputernya.

“Oke, sekarang fokus dulu sama kerjaan,” gumam Aksara. Aksara menyalakan komputer, ia memeriksa laporan yang sudah tersusun rapi di atas mejanya sambil menunggu komputernya siap digunakan.

Setelah komputernya sudah nyala, Aksara langsung membuka email. Ia mengecek apa ada email penting sebelum membuka laporan keuangan bulan ini. Karena tidak ada email yang penting, Aksara langsung membuka laporan keuangan yang sudah dikirim oleh Inta.

Aksara memeriksa laporan keuangan dengan teliti. Aksara membandingkan laporan soft file dengan laporan yang sudah dicetak. Aksara tidak akan membiarkan ada satu kesalahan pada laporan keuangan ini. Aksara bahkan tidak akan membiarkan ada kelebihan nol pada angka yang tercantum. Semua diperiksa sangat detail oleh Aksara.

~~~

Sakha duduk terdiam dengan tubuh yang gemetar. Kini Sakha sangat merasa gugup, meskipun ruangan tempatnya berada sangat dingin karena AC, namun Sakha merasa dirinya berkeringat. Entah sudah berapa menit Sakha hanya terdiam seperti ini. Sakha tidak berani mengucapkan sepatah kata, ia takut apa yang ia ucapkan adalah ucapan yang salah. Sakha tidak ingin mencari masalah di hari pertama ia bekerja.

Hal yang membuat Sakha seperti itu adalah Indira. Setelah keluar dari ruangan Satya, Indira hanya berdiri di depan meja Sakha sambil mengamati partner baru dirinya. Pandangan Indira sangat tajam ketika mengamati Sakha, hal itu membuat Sakha gugup dan hanya bisa terdiam.

Indira menghela nafas, ia menjauhkan dirinya dari Sakha. “Nama saya Indira, ketika bekerja dengan saya, kamu harus menaati peraturan yang saya buat. Pertama, saya tidak suka dengan orang yang terlambat. Kedua, saya tidak suka dengan orang yang ribet, banyak mau, banyak nuntut. Ketiga, saya benci dengan orang yang tidak mau belajar serta berusaha.”

Akhirnya Sakha bisa kembali bernafas dengan normal, “Baik, Bu, saya akan mengingat kata-kata Ibu.”

Indira kembali mendekati Sakha, sehingga Sakha harus kembali menahan nafasnya karena terkejut. “Siapa yang bilang kamu bisa memanggil saya Ibu? Saya belum setua itu, panggil saya dengan panggilan lain.”

Sakha mengangguk gugup, “B-baik, Mbak.”

Indira menjauhkan kembali tubuhnya dari Sakha, ia berjalan ke arah mejanya untuk mengambil tumpukan kertas yang berada di atas mejanya. Tumpukan kertas itu ditaruh ke atas meja Sakha.

“Apa ini, Mbak?” tanya Sakha sambil melihat lembaran paling atas dari tumpukan kertas itu.

“Itu adalah tugas pertama kamu sebagai partner saya. Itu adalah berkas tentang kasus pro bono yang saat ini sedang saya kerjakan. Saya mau kamu mempelajari isi berkas itu. Selain itu, saya mau kamu mencari tau apa yang kurang dan apa yang seharusnya tidak ada di kasus itu. Setelah kamu pelajari, sampaikan ke saya secara jelas dan rinci setelah jam makan siang.” Indira menjelaskan dengan sangat baik kepada Sakha.

Sakha hanya terdiam ketika mendengarkan penjelasan Indira. Tidak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya. Sakha berusaha memahami apa yang disampaikan oleh Indira, ia melihat-melihat beberapa isi kertas itu. Indira membalikkan badan dan melangkah ke tempat duduknya, namun baru dua langkah berjalan, Indira berhenti dan membalikkan badan.

“Kamu tau soal pro bono kan?” tanya Indira.

“Tau Mbak, pro bono adalah bantuan hukum yang dilakukan untuk pihak yang tidak mampu tanpa dipungut biaya.”

 “Nah, kasus pro bono yang saya ambil ini adalah kasus perceraian, untuk lebih jelasnya lagi kenapa saya mau ambil kasus ini, kamu bisa membaca isi berkas itu.” Indira kembali menjelaskan dengan sangat baik kepada Sakha.

Penjelasan Indira sangat ringan sehingga bisa langsung dimengerti oleh Sakha. “Baik, Mbak. Saya akan mempelajari kasus ini dengan sungguh-sungguh.”

~~~

Aksara sedang fokus pada laporan keuangan yang sedang ia periksa. Waktu terus berjalan, hingga tidak terasa sudah tiga jam berlalu sejak Aksara memulai pekerjaannya. Dalam waktu singkat itu, Aksara berhasil memeriksa seluruh laporan keuangan. Aksara menyandarkan punggungnya dan menutup mata.

Meskipun waktu yang ia butuhkan sedikit, namun otak dan tenaga yang digunakan cukup menguras energi Aksara. Setelah merasa cukup menenangkan pikiran, Aksara memanggil Inta ke ruangannya.

Inta yang mendapat panggilan dari Aksara segera datang ke ruangan Aksara. Sebelum masuk ke ruangan Aksara, Inta mengetuk pintu. Mengetuk pintu sebelum masuk adalah salah satu etika dalam bekerja. Inta melangkah mendekati meja Aksara.

“Ada apa, Pak?”

Aksara merapihkan berkas laporan keuangan, setelah itu ia berikan kepada Inta. “Tolong kamu minta departemen akuntansi untuk mengecek kembali laporan ini. Saya melihat banyak kesalahan. Salah satunya kenapa perbedaan nilai tambah pajaknya sangat tinggi? Bukankah dokumen untuk pertambahan pajak sudah dipotong? Tolong kamu kembalikan laporan itu.”

“Baik, Pak. Apa ada lagi yang perlu saya periksa?”

“Tolong tanyakan soal angsuran bulanan, saya melihat banyak angka yang janggal soal itu. Sisa kesalahannya sudah saya beri tanda.”

Lihat selengkapnya