Kedatangan Indira dan Sakha disambut baik oleh Nina. Indira dan Sakha duduk terdiam menunggu Nina menyiapkan minuman untuk mereka. Indira dan Sakha memperhatikan kondisi rumah Nina yang terlihat menyedihkan. Mereka tidak bisa mengatakan apapun untuk menjelaskan bagaimana kondisi rumah Nina.
Nina datang membawa dua gelas yang berisi teh hangat. Indira tersenyum ketika Nina menghampiri mereka. Nina menaruh minuman di depan Indira dan Sakha.
“Maaf ya, Bu, Pak, saya hanya bisa menyediakan ini. Saya juga minta maaf kalian harus duduk di lantai seperti ini.”
Indira menggelengkan kepalanya, “Nggak apa-apa, justru saya yang minta maaf karena sudah merepotkan.”
“Nggak sama sekali kok, Bu,” bantah Nina ketika mendengar ucapan Indira.
“Oh ya, ini Sakha, dia yang akan membantu saya menangani kasus Ibu.”
Nina tersenyum melihat Sakha, dia menundukkan kepala sebagai tanda hormat. Begitupun Sakha ikut tersenyum dan menundukkan kepalanya juga. Sakha sama sekali tidak menyangka kalau kasus pertamanya cukup menguras emosional. Karena hal ini, Sakha merasa bersyukur atas hidup yang ia miliki.
“Bagaimana kondisi Via?” tanya Indira.
“Via sudah lebih baik, tapi dia masih takut dengan lelaki. Makanya sekarang ia berada di kamar.”
“Maaf sebelumnya, tapi apakah ada tanda-tanda kalau Pak Aldi melakukan kekerasan seksual kepada Via?” tanya Indira lagi tanpa basa-basi.
Nina mendengar pertanyaan itu terkejut. Gestur tubuhnya menujukkan bahwa ia tidak nyaman dengan pertanyaan tersebut. Indira terus memperhatikan Nina, ia yakin kalau ada hal lain yang disembunyikan oleh Nina.
Indira menggenggam tangan Nina, “Ibu jangan khawatir, percaya sama saya, saya pasti akan membantu Ibu bagaimanapun caranya.”
Nina terlihat ragu, tapi Indira bisa menguatkan Nina dengan tatapan matanya. Sakha yang belum berbicara sejak datang, terus memperhatikan Indira dan Nina. Sakha sangat tertarik dengan cara Indira meyakinkan seseorang. Hal ini adalah sisi baru tentang Indira yang Sakha ketahui.
“Saya takut,” ucap Nina dengan bibir bergemetar, terlihat sangat jelas kalau ia tidak baik-baik saja. “Awalnya saya nggak tau tentang hal ini, Via juga nggak cerita apa-apa ke saya. Sampai dia mulai merasakan sakit dibagian kelaminnya. Ketika saya tanya, dia nggak jawab, dia terlihat sangat ketakutan.”
Nina menghentikan ucapannya, air mata mulai keluar membasahi pipinya. Hati Nina sangat sakit ketika harus mengingat hal itu. Nina manarik nafasnya dalam.
“Via...,” Nina memberi jeda ucapannya, karena ia butuh kekuatan untuk mengatakan apa yang terjadi.
“Via akhirnya cerita kalau... kalau ayahnya mengajak dirinya mandi bareng. Ketika mereka mandi bareng, ayahnya melakukan hal yang nggak pantas kepada Via.” Nina mengusap air mata yang jatuh ke pipi, ia mengambil nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya.
“Lalu Via cerita kalau hari berikutnya ayahnya datang kembali, saat itulah Via... Via ditiduri oleh ayahnya sendiri.” Tangis Nina semakin menjadi, sangat sulit baginya menceritakan apa yang terjadi oleh putri satu-satunya.
Indira memeluk Nina, ia sama sekali tidak percaya dengan kata-kata Nina barusan. Semuanya seperti cerita khayalan atau hanya skenario dalam film. Sakha juga tidak menyangka kalau anak kecil berumur tujuh tahun harus merasakan itu semua. Pasti sangat berat dan menyakitkan untuk Via dan Nina.
~~~
“Presentase keuangan WV Handycraft bulan ini menurun empat persen. Hal itu dikarenakan belum adanya inovasi terbaru produk kita, sedangkan perusahaan saingan kita sudah mengeluarkan produk terbaru, karena itu sebagian pelanggan kita beralih. Kalau hal ini terus berlanjut, maka penurunan angka akan meningkat. Bisa jadi bulan depan akan turun sekitar enam sampai tujuh persen. Kalau itu terjadi, maka kita akan kehilangan keuntungan sekitar 30 sampai 50 juta dalam satu bulan.” Aksara menjelaskan dalam rapat sore ini.
Rapat tersebut dihadiri beberapa orang yang memiliki kepentingan dalam keuangan perusahaannya. Rapat hari ini dipimpin oleh Aksara, banyak hal yang harus disampaikan Aksara kepada rekannya, terutama kepada Direktur Keuangan yang juga hadir dalam rapat kali ini.
“Bagaimana dengan perkembangan WV Food and Beverage?” tanya Kevin, Direktur Keuangan WV Group.
Aksara mengganti slide presentasi, dan mulai menjelaskan. “WV Food and Beverage terus mengalami peningkatan, apalagi sejak kita mengeluarkan produk minuman yang baru. Presentase keuangan kita sekarang naik delapan persen, sepertinya hal ini akan berlangsung cukup lama.”
“Lalu apa yang akan menjadi masalah?” tanya Kevin lagi.
Aksara mengganti slide presentasi lagi. “Memang saat ini WV Food and Beverage menutupi penurunan keuangan WV Handycraft, namun kalau tidak melakukan sesuatu kepada WV Handycraft, maka akan berdampak pada anak perusahaan yang lain. Karena produk WV Handycraft ikut ambil andil dalam pembuatan produk yang lain.”
Rapat yang membosankan dan berlangsung lama ini lebih disukai oleh Aksara dibandingkan hanya duduk ditemani komputer dan angka yang sangat banyak. Keahlian Aksara dalam memperhitungkan keuangan ke depannya sangat diakui oleh atasannya. Aksara selalu mengerjakan pekerjaannya dengan sangat baik.
“Baiklah, saya akan tunggu progress selanjutnya mengenai masalah WV Handycraft.” Kevin berdiri, menepuk pundak Aksara. “Terima kasih Pak Aksara, kerja anda sangat bagus.”
Aksara tersenyum, ia sangat senang mendapat pujian dari Kevin. Kevin mengakhiri rapat hari ini, ia dan karyawan lain meninggalkan ruang rapat. Hanya tersisa Aksara dan Inta.