Pintu lift terbuka, Indira keluar dari dalam lift, lalu berjalan dengan penuh wibawa menuju meja Niko. Indira bisa melihat Niko sudah sampai, ia sedang meminum kopi sambil memainkan ponsel. Niko selalu datang pagi supaya bisa minum kopi gratis.
Indira mengetuk meja ketika sudah berada di depan meja Niko. Niko mendongakkan kepala melihat Indira. Niko sudah tau ketika Indira datang ke mejanya, maka akan ada pekerjaan untuknya.
“Pagi, Pak Niko,” sapa Indira.
“Pagi, Bu Indi,” sapa balik Niko. “Tugas baru apa yang sudah menanti untuk saya kerjakan?” tanya Niko langsung.
Indira tersenyum, Niko memang bukan orang yang suka basa-basi. “Tolong cari informasi mengenai Pak Gilang, klien saya yang baru. Dan tolong cari informasi tentang AR Group.”
“AR Group? Perusahaan game itu?” tanya Niko.
“Iya, perusahaan itu kena sengketa soal upah karyawan. Padahal perusahaan besar, saya nggak nyangka memperlakukan karyawan seperti itu.”
“Wajar si Bu, perusahaan kalo nggak ada yang korupsi justru aneh.”
“Anda yang aneh,” ujar Indira diakhiri dengan tawa kecil. “Kalau informasinya udah lengkap langsung kasih ke saya, ya.”
“Siap!”
Indira telah menyelesaikan pekerjaan pertamanya untuk hari ini. Indira berjalan ke ruangannya untuk menyelesaikan pekerjaannya yang lain. Ketika masuk ke dalam, ia tidak melihat Sakha, tapi ia mengabaikan itu dan duduk di kursinya.
Indira mulai menyalakan komputer, memeriksa berkas selagi menunggu komputernya nyala. Hari ini Indira akan fokus mengerjakan kasus Nina. Indira tidak boleh menyia-nyiakan waktunya karena ia tidak mau lembur hari ini.
“Kenapa banyak banget si? Tau gitu kemaren nggak bolos,” gumam Indira menggerutu akibat ulahnya sendiri.
Di satu sisi, Sakha berada di dapur menyiapkan bubur yang ia beli ketika berangkat ke kantor. Sakha mengambil mangkuk dan sendok, memindahkan bubur dari styrofoam ke mangkuk. Sakha juga membuat teh hangat untuk dirinya.
Setelah selesai semua, Sakha kembali ke ruangan. Sebelum bekerja, alangkah baiknya sarapan terlebih dahulu, supaya memiliki tenaga yang banyak dan dapat konsentrasi.
“Eh, Mbak.” Sakha terkejut melihat Indira sudah berada di tempatnya. “Sudah datang dari tadi?” tanya Sakha basa basi.
“Belum lama,” jawab Indira seadanya.
Sakha berjalan ke mejanya, menaruh bubur dan teh manis. Setelah itu duduk dengan manis. “Maaf ya Mbak saya makan di sini, Mbak udah sarapan?”
“Nggak apa-apa, makan aja. Saya udah sarapan tadi.”
Sakha merasa tenang mendengar hal itu. Ia menatap bubur dengan pandangan sangat lapar. Sakha sudah tidak sabar lagi merasakan lembutnya bubur di mulutnya. Sakha adalah orang yang menyukai bubur tanpa diaduk. Baginya, kenikmatan bubur tanpa diaduk sangat pas.
Indira mencuri pandang ke Sakha diam-diam. Indira memperhatikan Sakha yang sedang makan bubur. Indira kembali mengingat obrolannya dengan Sakha ketika mereka makan malam bersama untuk pertama kalinya.
"Anu," ujar Sakha tiba-tiba disela makan mereka. "Apa boleh kita ngobrol dengan santai? Soalnya tadi pada saat liat buku catatan, ternyata tahun lahir kita sama."
Indira terdiam cukup lama, hal itu membuat Sakha menjadi lebih gugup. Sakha merasa takut jika ia sudah lancang berbicara kepada Indira. Seharusnya Sakha tidak perlu mengatakan hal itu, tapi Sakha ingin menjadi lebih dekat dengan Indira.
"Kalau nggak boleh-"
"Oke. Kalau sudah di luar jam kerja, nggak ada salahnya kita menjadi teman seumuran."
Sakha sangat senang mendengar ucapan Indira yang memperbolehkan keinginannya. Satu langkah sudah Sakha lewati untuk terus bisa dekat dengan Indira. Sakha menjadi lebih semangat lagi.
“Maaf ya kalau sampai sekarang saya masih belajar. Saya berjanji akan bersungguh-sungguh dalam bekerja. Saya nggak mau kalau sampai mengecewakan. Saya takut kalau saya tidak disukai, saya ingin Mbak suka sama saya.” Tak berselang lama, Sakha mengoreksi ucapannya. “Eh- Indira.”
Setelah ucapan Sakha itu, Indira hanya memberikan senyuman kecil. Karena apa yang Sakha ucapkan terasa aneh untuk Indira. Kata-kata Sakha seperti memiliki arti lain, namun Indira tidak ingin membahas lebih lanjut.
~~~
Suara ketukan pintu terdengar beberapa kali sebelum terbuka. Inta datang atas perintah Aksara ke ruangannya untuk membawakan laporan persediaan WV Handycraft periode tiga bulan lalu. Setelah terjadi penurunan keuntungan pada perhitungan terakhir kali, ada banyak hal yang harus diperiksa oleh Aksara.