Foolish January

Windy Maulina
Chapter #1

SATU

Gadis bermata sipit itu tersenyum, kala laki-laki berkaos putih tampak tertawa padanya melalui layar notebook yang saat ini tengah mereka pandangi. Bukan berada di tempat satu yang sama untuk menyaksikan sebuah film di dalam notebook bersama, melainkan melakukan komunikasi melalui skype.

"Baju kita sama loh Gan, kok bisa sih sama-sama pake baju putih?" ujar gadis itu dan menunjuk kaos putih yang tengah ia pakai, serta laki-laki bernama Degan yang tengah berbicara padanya.

"Jodoh kali." Jawab Degan dengan tawa renyah.

Lawan bicaranya pun balas tertawa kecil dan memperhatikan bagaimana Degan tersenyum, lalu berdiri dari duduknya. Laki-laki itu berjalan menjauhi notebook untuk mengambil sesuatu, sebuah mainan yang ia ambil dari dalam laci. Lantas, ia menunjukannya pada sang gadis, seraya duduk kembali di kursi dan menatap lawan bicaranya lagi.

"Eh iya, gue dapet mainan ini dari McD, Wen."

"Tapi, gue lebih fokus sama rambut lo yang baru di potong Gan." Gadis itu menyanggah sebelah pipinya dan tersenyum jenaka pada Degan.

"Menurut lo gimana? Jelek engga?" tanya Degan, yang menunjukan potongan rambut barunya dengan penuh percaya diri pada gadis itu, gadis bernama Widy.

"Bagus dong! Sejak kapan Pak Ketu keliatan jelek, eum?" goda Widy.

"Makasih Bu Sekretaris!"

"Terima kasih kembali Pak Ketu."

Keduanya saling tertawa karena panggilan spesial itu. Ya, meski pun jarak menghalau, meski pun hanya bisa berbincang singkat dan di batasi layar. Akan tetapi, selalu saja ada cara unik, agar kebersamaan mereka selalu terjalin disetiap harinya. Entah melalui rooms chat Line atau skype seperti ini.

Well, cara terbaik untuk tetap berhubungan dan tetap menutupi rahasia di antara mereka berdua. Sebuah hubungan yang tidak hanya sekedar teman, tidak hanya sekedar status Ketua kelas dan Sekretaris Kelas. Semacam back street, yah.. you know?

"Wen, besok ada PR engga?" tanya Degan, memutus keheningan diantara mereka.

Widy berpikir sejenak, sebelum menggeleng dan bergumam engga. Karena memang untuk besok hari, mereka sepertinya akan free dari tugas-tugas. Suatu hal yang patut disyukuri para siswa dan siswi seperti mereka.

"Anak pinter mah beda ya, nanyainnya PR." Cibir Widy dengan lirikan sinis.

"Bilang aja, maunya lo yang ditanyain gue. Iya'kan?" Degan balas menggoda gadisnya.

"Dih, apa coba?"

"Ngaku aja deh Wen-.. eh Wid."

"Tuh'kan!" Widy menunjuk Degan dengan kesal, "Kenapa sih lo seneng banget manggil gue Wen.. Wen.. jauh banget kali dari Widy ke Wendy!" imbuhnya dengan wajah yang berubah tidak suka karena nama panggilan itu.

"Biar ngingetin gue sama Wendy's." Degan tersenyum jahil.

"Jahat banget sih Gan!" Gadis itu mengerucutkan bibirnya, seolah menunjukan kesedihannya karena ucapan jahil Degan.

"Engga sih bukan itu." wajah Degan berubah serius dalam sekejap, tatapannya lurus memandang Widy.

"Terus?"

"Pernah tau cerita Peterpan'kan?"

Lihat selengkapnya