Foolish January

Windy Maulina
Chapter #4

EMPAT

Sesampainya di kampus, ia segera turun dari dalam mobil dan tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada Ryan. Sebelum ia benar-benar berlari menuju gedung Raden Ajeng Kartini, atau bisa disebut IDB 1. Mata kuliah pagi ini berlangsung disana.

"WIDY!" Teriak seseorang dari arah belakang Widy.

Ia pun menoleh dan tersenyum lebar, kala menemukan teman-teman dekatnya datang bersamaan. Alhasil, Widy menghentikan langkahnya. Menunggu mereka-mereka untuk tiba di hadapannya.

"Dianterin siapa lo? Bang Ucok?" Goda Iesya, sesaat ia berdiri di hadapan Widy.

"Bang Ucok?" gadis berkerudung merah muda menoleh ke arah Iesya dan Widy bergantian, namanya Dini.

"Ituloh Din, doinya Widy yang rela pindah dari UMSU ke UNJ." Ejek gadis lain dengan rambut kuncir kuda, sebut saja Arlin.

Widy berdecak keras, kedua matanya berotasi dengan malas. Lalu menggerutu pada gadis-gadis di hadapannya, "Engga usah di perjelas deh Lin, Sya."

"Tapi Bang Ucok itu siapa?" Dini masih merasa penasaran.

"Dia temen SD aku Din, cuma temen kok." Jelas Widy dan memberikan tatapan tajam nan mematikan pada Iesya serta Arlin, karena kedua temannya itu menertawakannya.

"Beneran temen Wid?" Ejek gadis berkacamata bernama Tina.

"Beneran deh Tin!" Widy tampak semakin kesal.

"Dia anak Mesin bukan sih?" Tanya Iesya, seraya mengingat-ingat perbincangannya dengan Widy akhir-akhir ini.

Widy mengangguk, "Iya."

"Gila! Gila! Widy serem euy mainannya!" Goda Arlin dan tertawa keras.

Menjadi satu-satunya orang yang terbully. Widy hanya mampu tersenyum pasrah, sebelum menyuruh teman-temannya untuk kembali berjalan. Karena mereka harus mengingat jika ada kelas sebentar lagi.

"Engga ada tugas'kan ya KWU?" Tanya Tina yang kini berjalan disamping Widy.

"Setau gue sih engga ada." Gumam Widy dan melirik Tina, lantas ia tersenyum kecil pada temannya.

"Desain busana tuh ada!" Iesya segera mengingatkan.

"Udah kalo itu mah!" Arlin mulai bersuara.

"Gue juga udah!" timpal Widy.

Tina tertawa, seraya menunjuk Iesya "Iesya mah biasanya belum."

"Enak aja! Udah tau! Gue lagi rajin nih!" Ujar Iesya dengan penuh percaya diri.

"Tumben Sya?!" Ejek keempat gadis lainnya pada Iesya.

Tawa membahana kembali terdengar dari gadis-gadis itu, mereka pun kembali berjalan menuju gedung IDB 1, turut mengantri di depan antrian menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai 3. Berhubung hari masih pagi dan jam di mulainya mata kuliah masih lama. Jadilah, mereka bisa memulai pagi ini dengan santai. Toh, sesampainya di kelas nanti.. mereka hanya akan mendengarkan pembahasan Dosen. Setelah itu, mengerjakan tugas dan mata kuliah pun berakhir.

"Nanti lo langsung balik Wid?" Tanya Iesya tiba-tiba, ditengah pembicaraan random mereka.

"Engga Sya, gue ada pembinaan." Widy tersenyum kecut.

Arlin melirik Widy dengan tatapan iba, "Balik malem dah."

"Widy engga capek emangnya?" Tanya Dini, ia tampak mengkhawatirkan temannya itu.

"Capek sih, pengen out rasanya. Tapi, BEM'kan belum dibuka." Widy balas memberikan wajah memelas pada mereka.

Tina menepuk-nepuk bahu Widy dan memberikan senyum cerah. Agar teman dekatnya itu bisa jauh lebih semangat. Harus ia akui, jika Widy memang terlalu aktif berorganisasi dan kuliah diantara mereka. Tapi, gadis ini tetap bisa mengimbangi antara organisasi dan kuliah.

"Semangat ya Wid!"

"Makasih ya Tin."

"Sama-sama Wid."

Tidak lama setelahnya, pintu lift terbuka. Para mahasiswa berbondong-bondong masuk ke dalam, termasuk mereka. Sesaat mereka memasuki lift, Widy yang berdiri di depan pintu lift. Menemukan Ryan tengah berdiri tidak jauh dari pintu lift. Laki-laki itu sedang mengantri.

Lantas, mereka saling bertemu pandang. Ryan yang menyadari keberadaan Widy, memberikan senyum lembut. Sama halnya dengan Widy, gadis itu pun memberikan senyum kecil seraya melambai. Bersamaan dengan pintu lift yang tertutup secara perlahan.

"Masih pagi Wid, pacaran mulu!" Bisik Iesya tiba-tiba.

"Syirik aja deh lo Sya!" Ejek Widy dan menyenggol lengan Iesya.

"Bicara fakta sih-.."

"Suttt-..dilarang bicara ya Sya!" Widy segera memotong ucapan Iesya.

"Sial ya lo Wid."

"Bodo Sya."

Lihat selengkapnya