Masih terberkas kejadian beberapa tahun yang lalu ....
"Apa," Kamu hamil? Ayah tidak salah dengar? Bukankah kamu tidak lagi berhubungan dengan Bram? Laki-laki bajingan mana yang menghamilmu? Jawab Rani ? Ayah akan menuntut Dia." Dengan raut amarah yang menyala-nyala seakan-akan hendak membumi hanguskan sekitarnya...
Aku hanya tertunduk malu dan terisak-isak tidak berani memandang wajahnya kuluapkan tangis dengan keperihan hati "Ayah, maafkan Rani yang telah berbuat diluar batas Ayah, tolong Aku tidak mau menggugurkan kandungan ini Ayah, untuk itu Rani berterus terang tolong Ayah maafkan Rani." Aku tak kuasa menahan airmata yang keluar, dengan hati yang hancur ,kusebut laki-laki itu "Mas Bram" Dia yang menanam benih dikandunganku. Mendengar Bram ayah semakin marah dan memukul samping kayu jendela dengan keras "Braaskk" terdengar retakan kayu yang dipukul Ayah, menambah suasana terasa mencekam.
"Bukankah sudah Ayah bilang , Kamu jangan berhubungan dengan laki-laki itu! kenapa Kamu terus bersamanya?" Aku hanya terdiam tak berani berkata-kata "Kamu anggap apa Ayah! jangan kamu temui laki-laki itu lagi dan jangan juga kamu katakan bahwa anak yang kamu kandung itu anak dia! Biar Ayah yang akan bertanggung jawab, untuk Kamu dan anakku itu! Mulai sekarang ayah tidak mau lagi membahas tentang masalah ini lagi, ingat! jangan coba-coba mengungkitnya lagi, ngerti kamu Rani?" Dengan berurai airmata kupeluk ibu yang hanya bisa menangis, ku utarakan hati gulana terhadap ibu, dan beliaulah pertama kali tahu aku hamil.
Suatu hari aku mengeluh kepada ibu "Bu, kok Aku tiap pagi mual dan pusing ya? tidak napsu makan ada apa ya?" tanyaku ke Ibu
"Nanti kalau masih mual dan pusing, kita ke Puskesmas biar dokter tahu penyakitnya," jawab Ibu.