Rio mengikuti Safina dan kepala sekolah dengan perlahan, Safina dan kepala sekolah masuk dalam ruangan dan Rio menguping pembicaraan Safina dan kepala sekolah.
"Bapak tahu, kamu adalah siswi yang pintar dan berprestasi. Tapi apa yang kamu lakukan benar-benar mempermalukan sekolah, semua orang tua murid ingin kamu keluar dari sekolah ini. Maafkan bapak karena tidak bisa menghentikan keinginan orang tua murid," ucap kepala sekolah sedih.
"Tapi pak, semua itu hanya fitnah dan kebohongan." Safina membela diri sendiri.
"Saya percaya sama kamu, tapi tidak dengan orang tua murid. Mereka percaya sama ucapan saudara kembar kamu."
"Tidak apa-apa pak, saya mengerti. Saya akan keluar dari sekolah ini." Safina pasrah, Rio yang mendengar semuanya. Rio langsung masuk ke dalam ruangan.
"Rio, apa-apan kamu. Masuk tanpa ketuk pintu, benar-benar tidak sopan," ucap kepala sekolah yang marah.
"Maaf pak, tapi bapak tidak bisa mengeluarkan Safina dari sekolah ini hanya karena fitnah." Rio membela Safina.
"Semua orang tua murid ingin Safina pergi, karena bagi mereka. Safina akan memberikan dampak buruk untuk anak-anak yang lain," ucap kepala sekolah menjelaskan.
"Saya akan buktikan bahwa Safina tidak bersalah, bapak kepala sekolah undang orang tua murid untuk datang ke sekolah jam dua belas siang besok. Saya akan berikan bukti bahwa Safina tidak bersalah," ucap Rio dengan yakin.
"Yakin kamu bisa buktikan kalau Safina tidak bersalah?" tanya kepala sekolah ragu.
"Iya pak, saya akan buktikan bahwa Safina difitnah," ucap Rio percaya diri.
"Baik, besok sekolah akan diliburkan. Khusus orang tua siswa yang akan datang besok siang untuk kebenaran." Kepala sekolah tersenyum.
"Baik pak, besok siang saya akan membawa bukti bahwa Safina difitnah." Rio tersenyum.
"Bapak dengar kalian berdua pacaran ya, itu sebabnya kamu bela Safina mati-matian. Benarkan Rio?"
"Iya pak, kami berpacaran. Saya tidak terima bila Safina difitnah dengan keji seperti ini," Rio marah.
"Bapak izinkan kalian berpacaran, tapi ingat, pacaran yang sehat dan harus tetap rajin belajar." kepala sekolah menasehati.
"Tentu saja pak, saya akan rajin belajar dan pacaran sehat. Saya ingin menjaga Safina dengan baik tanpa menyakitinya," ucap Rio tersenyum tulus menatap Safina.
Safina tersenyum mendengar ucapan Rio, kepala sekolah juga tersenyum melihat mereka berdua saling mencintai dengan tulus. "Kalau begitu, kami permisi," ucap Rio dengan sopan.