"Selamat princess, aku bangga padamu. Aku sangat menyayangi kamu, kamu selalu membuat aku bangga padamu dari dulu." Safina selesai membaca tulisan yang ada di kertas, Safina membalikkan kertas dan Safina melihat ada stiker berbentuk bintang.
"Stiker bintang ini, pasti dari orang yang sama," ucap Safina setelah melihat stiker bintang yang sama dari orang yang selalu memberikan hadiah ulang tahun sejak Safina kecil. Safina keluar, dia berlari mencari orang yang memberikan hadiah tersebut, tapi dia tidak melihat siapapun.
Safina terduduk di jalan, Safina sangat ingin bertemu dengan orang yang ingat ulang tahunnya dan selalu memberikan hadiah untuk menghiburnya. Safina bersedih karena dia tidak berhasil menemukan orang tersebut. Rio, bibi, dan teman-teman Safina berlari mengejar Safina. Mereka melihat Safina sedih, mereka membantu Safina berdiri. Safina memeluk Rio, Rio memeluk erat Safina. Safina menangis dalam pelukan Rio.
"Ina kita kembali ke auditorium, kita istirahat sebentar disana," ucap Anggi tersenyum, Safina menganggukan kepalanya. Mereka kembali ke auditorium, Safina duduk di kursi, teman-teman Safina sedang berkemas. Rio dan bibi duduk di samping Safina, mereka sedih melihat Safina bersedih.
"Non Ina tidak apa-apa?" tanya bibi bingung, Safina menoleh ke arah bibi dan tersenyum.
"Aku tidak apa-apa bi, aku hanya ingin bertemu orang yang selalu ingat dan selalu memberikan aku hadiah ulang tahun sejak aku kecil. Tapi kenapa dia tidak ingin aku tahu siapa dia sebenarnya," ucap Safina sedih dan bingung.
"Mungkin dia memiliki alasan kenapa dia melakukan semua ini," ucap bibi menggenggam tangan Safina, Safina tersenyum.
"Tapi alasan apa bi?" tanya Safina bingung, Rio mendengarkan semua pembicaraan bibi dan Safina. Rio tahu ada seseorang yang menyayangi Safina sejak kecil, tapi dia tidak ingin Safina tahu siapa dia sebenarnya.
"Sayang, mungkin dia ingin melihat kamu bahagia, dia ini tidak ingin kamu terluka dan tidak bisa dekat dengan kamu. Karena itu dia tidak pernah menunjukkan dirinya," Rio tersenyum, Safina mencoba memahami perkataan Rio.
"Benar kata den Rio, mungkin orang ini tidak bisa dekat dengan non Ina karena sebuah alasan." bibi tersenyum, Safina masih berharap bisa bertemu dengan orang yang ingat hari ulang tahunnya, Safina berharap suatu hari nanti Safina tahu siapa orang itu.
"Ya sudah, kami pulang, kalian hati-hati di jalan." Kepala sekolah tersenyum, kepala sekolah dan guru-guru pulang lebih dahulu. Dini dan dokter Mirna kembali ke rumah sakit setelah menjelaskan karena ada pasien.
"Sudah selesai, ayo kita pulang," ucap Tasya penuh semangat. Safina, Rio, bibi dan teman-teman Safina berjalan menuju tempat parkir. Semua merasa bahagia karena masalah Safina sudah selesai.
"Aku antar kalian semua pulang, kita makan dahulu ya. Aku lapar," Rio tersenyum.
"Aku juga lapar nih kak," ucap Bulan penuh semangat.
"Dasar Bulan, kalau soal makanan cepat banget." Anggi tersenyum.
"Biarin, yang penting kenyang." Bulan tersenyum.
"Sudah kalian ini berantem terus, terserah kakak mau makan dimana, kita ikut saja," ucap Tasya dengan santai, mereka masuk ke dalam mobil. Safina duduk disamping Rio, bibi dan Tasya duduk di kursi tengah, Anggi dan Bulan duduk di kursi belakang.
"Sayang kamu makan apa?" Rio melihat Safina sedih melihat hadiah yang ada ditangannya, Rio memegang tangan Safina.