"Ini pakaian aku, mana pakaian kamu." Safini melemparkan pakaian miliknya ke Safina, Safina mengambil pakaian, sepatu serta tas yang biasa dia pakai ke sekolah. Safina memberikan ke Safini dengan wajah sedih, sementara Safini bahagia karena bisa dekat dengan Rio.
"Apa kak Rio akan menjemput hari ini?" tanya Safini angkuh.
"Tidak, kak Rio ada rapat dan berangkat lebih dahulu," ucap Safina dengan malas, Safini tidak mengatakan apapun dan keluar dari kamar Safina. Safina terpaksa menggunakan pakaian milik Safini, Safina keluar dari kamar. Safina melihat ke arah Samudera yang baru keluar dari kamar dan bersiap pergi ke kantor.
Tatapan mata Samudera terlihat sedih begitu melihat Safina, Samudera turun ke bawah tanpa mengatakan apapun seperti biasanya. Safina turun ke bawah mengikuti Samudera, Safina sarapan bersama keluarganya dengan malas.
Safina dan Safini berangkat ke sekolah bersama, Safina turun dan masuk ke dalam kelas Safini. Safina hanya diam ketika teman-teman Safini mengajak berbicara, bel berbunyi yang menandakan waktunya jam istirahat.
"Safini ayo kita ke kantin," ucap Zara, teman Safini.
"Nanti saja, aku lagi malas ke kantin. Aku tidak ingin melihat kak Rio," ucap Safina dengan malas.
"Tumben banget, biasanya kamu senang ketemu kak Rio." Ratna bingung.
"Tidak apa-apa, aku hanya tidak ingin kak Rio bermesraan dengan perempuan itu," ucap Safina emosi membayangkan Safini mendekati Rio.
"Ya sudah, kita ke kantin dahulu ya. Bye Safini," Nabila tersenyum, ketiga sahabat Safini pergi ke kantin. Safina bingung harus bagaimana. Safina merasa lapar dan akhirnya pergi ke kantin, setelah membeli makanan dan minuman, Safina duduk sendiri. Safina tidak melihat teman-teman Safina, kak Rio atau Safini dan teman-temannya.
"Sepi juga kalau ke kantin tanpa teman-teman dan kak Rio," ucap Safina dengan lirih. Tiba-tiba ada yang menutup mata Safina, Safina melihat ke belakang dan safina melihat kak Rio tersenyum.
"Kak Rio, bagaimana kak Rio tahu aku Safina?" Safina bingung.
"Tentu saja aku tahu, aku jatuh cinta karena tatapan mata kamu yang indah. Aku bisa membedakan mana Ina kesayangan aku dan si nenek sihir," Rio tersenyum.