For my twin

Widayanti
Chapter #23

Kebohongan #23

"Ternyata kamu disini bi, dari tadi dipanggil juga." Lisa marah karena mencari bibi.

"Kenapa nyonya mencari saya?" tanya bibi dengan sopan.

"Saya ingin kamu bersihkan tempat tidur sekarang, dan kenapa kalian menangis?" tanya Lisa bingung.

"Tadi non Ina terpeleset dan kakinya sakit, itu sebabnya non Ina menangis." bibi berbohong.

"Dasar cengeng, terpeleset saja menangis." Lisa dengan nada memaki Safina, Lisa pergi.

"Non Ina tenang saja, non Ina pasti sembuh. Bibi tinggal dahulu, nanti bibi bawakan makanan kesukaan non." Bibi tersenyum, Safina berpura-pura tersenyum dan bibi pergi meninggalkan Safina sendiri. 

"Aku harus membuat orang yang aku sayangi bahagia sebelum aku meninggal, aku harus membuat bibi bahagia. Aku tidak boleh menangis di depan bibi dan membuat bibi khawatir." Safina menguatkan dirinya, Safina mandi dan kemudian turun ke bawah untuk makan malam bersama. Safina ingin diakhir hidupnya, dia mendapatkan kasih sayang dari keluarganya. 

Safina ingin merasakan kehangatan keluarga selama dia masih bisa bertahan hidup, Safina tidak akan menyerah dengan rasa sakit ini.

Semua terdiam melihat ke arah Safina, Safina duduk di samping kak Samudera. Sejak dahulu setiap ada yang duduk di samping kak Samudera, kak Samudera pasti marah. 

Ketika Safina kecil, Safina mencoba untuk duduk disamping kak Samudera saat makan dan kak Samudera hanya diam. Safina mengingat kenangan bersama kak Samudera, dia memang terlihat dingin dan cuek, tapi dia tidak pernah marah pada Safina. 

"Kenapa kamu makan disini, bikin hilang selera makan saja," ucap Safini dengan angkuh.

"Kamu bisa diem tidak, sekarang sedang makan,"ucap Samudera dingin.

Safini dan yang lainnya terdiam, semua makan dengan tenang. Selesai makan semua orang pergi ke ruang keluarga. Samudera pergi ke kamar, Safina mengikuti Samudera dari belakang. 

Samudera ingin masuk ke dalam kamar dan Safina memegang tangan Samudera. Samudera menoleh ke arah Safina, Safina melepaskan tangannya.

"Maaf kak" Safina tersenyum.

"Ada apa?"

"Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih ke kakak, terima kasih untuk semua yang kakak lakukan untuk aku." Safina tersenyum dan kemudian masuk ke dalam kamar, Safina melihat hadiah yang diberikan oleh orang misterius itu. Seandainya Samudera memang orang misterius itu, Safina merasa sangat bahagia. 

"Besok aku akan bekerja, aku minta pekerjaan sama papa dan mama kak Rio saja. Aku ingin membelikan semua orang hadiah. Supaya mereka mengingat bahwa aku pernah ada dalam hidup mereka walaupun hanya sebentar." Safina tersenyum

Lihat selengkapnya