"Kita kesana bi, tapi jangan sampai kelihatan oleh orang lain." Safina tersenyum, bibi senang karena melihat Safina sudah baik-baik saja dan tidak merasa kesakitan.
Bibi dan Safina melihat dari kejauhan, Safina melihat dokter dan suster keluar dari kamar Safini. Safina menunggu dokter tersebut berjalan ke arahnya.
"Dokter" ucap Safina menghentikan langkah dokter.
"Kenapa kamu jalan-jalan, bukankah saya tadi sudah mengatakan bahwa kamu harus beristirahat," ucap dokter dengan tegas.
"Pak dokter salah paham, saya Safina. Saudara kembar Safini," Safina tersenyum, dan melihat nama dokter Bram di bajunya.
"Oh begitu, maaf. Saya pikir kamu pasien karena kamu memakai pakaian rumah sakit," dokter tersenyum ramah.
"Tidak apa-apa, saya pasien dokter Tina. Ada yang ingin saya bicarakan tentang adik saya dengan pak dokter Bram," Safina berbicara dengan serius.
"Kita bicarakan di ruang kerja saya, mari ikut saya." Dokter Bram tersenyum dan berjalan menuju ruang kerjanya, Safina dan bibi mengikuti dari belakang. Safina dan bibi duduk di kursi, Safina terdiam dan melamun.
"Non," bibi menyentuh bahu Safina dan membuat Safina terkejut.
"Iya bi," Safina menoleh ke arah bibi.
"Itu dokter bertanya apa yang ingin non Ina bicarakan," bibi penasaran apa yang ingin disampaikan oleh Safina.
"Maaf pak dokter Bram, tadi saya melamun." Safina tersenyum.
"Tidak apa-apa, kamu ingin membicarakan apa? Dan kamu sakit apa sampai memakai baju pasien?"
"Sebenarnya saya sakit tumor otak, dokter saya adalah dokter Tina." Safina tersenyum.
"Kamu pasien dokter Tina ternyata, kenapa kamu jalan-jalan, bukankah seharusnya kamu istirahat?"
"Dokter Tina mengerti bahwa waktu saya tidak akan lama lagi, karena itu dokter Tina mengizinkan saya untuk jalan-jalan." Safina tersenyum tapi sedih mengingat semuanya.
"Kamu pasien yang tidak ingin operasi kan?"
"Iya, saya tidak ingin di operasi, karena saya tidak ingin melupakan semua kenangan yang saya alami selama hidup saya."
"Tapi obat-obatan tidak memberikan efek besar, karena tumor kamu semakin menyebar. Hanya operasi yang bisa menghentikan penyebaran tumor tersebut," ucap dokter Bram sedih.