"Boleh, kami senang jika kamu menginap." Anggi tersenyum bahagia.
"Ya sudah, kalian nikmati liburan kalian. Bye semua" Safina tersenyum dan kemudian Safina mematikan telepon.
"Bi, dokter Tina kemana?" tanya Safina bingung.
"Dokter Tina sedang bertemu dokter Bram," bibi memberi tahu.
"Kapan dokter Tina akan kembali?" tanya Safina bingung.
"Katanya jam 10 pagi, non Ina ingin makan?" ucap bibi melihat jam tangan.
"Tidak bi, Ina ingin pergi ke hotel untuk berpamitan sama semua orang. Besok bibi ikut Ina pergi belanja ya bi," Safina tersenyum, bibi meneteskan air mata. Safina berdiri dan berjalan menuju ke arah bibi.
"Bibi kenapa menangis?" tanya Safina yang menghapus air mata bibi.
"Bibi tidak sanggup jika harus berpisah dengan non Ina, bibi sayang sama non Ina." bibi memeluk Safina dengan erat.
"Ina tahu, bibi sangat menyayangi Ina. Ina ingin bibi selalu ada disamping Ina hingga akhir nafas Ina," Safina tersenyum dalam pelukan bibi.
"Kenapa non tidak membiarkan Safini yang kejam saja yang meninggal, dan non tetap hidup bahagia sama bibi." Bibi sedih dengan semua yang terjadi, Safina melepaskan pelukannya.
"Ini sudah menjadi takdir Ina, bibi harus ikhlas ya. Lagipula Ina sudah hidup dengan bahagia bersama bibi, kak Rio, orang tua kak Rio dan sahabat Ina yang selalu menyayangi Ina." Safina tersenyum dan menghapus air mata bibi.
"Sekarang bibi pulang, nanti papa dan mama marah karena bibi tidak ada di rumah. Ina baik-baik saja," Safina tersenyum, bibi terpaksa pulang ke rumah dan meninggalkan Safina sendiri. Jam 10 pagi, dokter Tina datang.
"Bagaimana keadaan kamu Ina?"
"Aku baik-baik saja dok, apa aku bisa pergi sekarang?"
"Jika kamu merasa baik-baik saja, kamu bisa pergi. Jika kamu merasa sakit segera minum obat, dan saya akan berikan suntikan vitamin supaya kamu tidak mudah merasa sakit." Dokter Tina menyuntikkan vitamin kepada Safina, Safina tersenyum karena dokter Tina sangat baik kepadanya.
"Terima kasih dokter Tina, saya bahagia dirawat dokter Tina yang cantik dan baik." Safina tersenyum, dokter Tina sedih melihat Safina yang baik hati sebentar lagi harus mendonorkan jantung dan hatinya. Padahal dia masih bisa sembuh jika melakukan operasi.
"Sama-sama Ina, kamu juga cantik dan baik. Sekarang kamu bisa pergi jalan-jalan, jika ada apa-apa kamu bisa menghubungi saya." Safina yang bahagia mendapatkan izin untuk pergi, Safina langsung berjalan menuju toilet untuk ganti pakaian. Safina keluar dari rumah sakit, dia pulang ke rumah untuk mandi dan ganti pakaian. Safina menelepon Rio dan meminta Rio untuk menjemput Safina dan mengantarkan Safina ke hotel, Rio pergi ke rumah Safina.
"Kamu kemarin kemana?" tanya Rio dengan curiga karena Safina tidak ada kabar.