For my twin

Widayanti
Chapter #29

Hadiah #29

Safina membungkus semua hadiah dengan rapi, dan menyimpan di lemari yang sama dengan hadiah dari Samudera. Besok Safina akan menginap di rumah Tasya, kemudian di rumah Anggi dan Bulan secara bergantian. Safina juga ingin memberikan hadiah terakhir untuk orang tua sahabatnya, karena mereka sangat baik dan menyayangi Safina.

Paginya Safina terbangun, Safina pergi ke rumah sakit untuk bertemu dokter Tina. "Dokter Tina, ada yang ingin saya bicarakan."

"Ada apa Ina?"

"Jika saya meninggal saat operasi, saya tidak ingin dokter atau suster memberitahu ke keluarga saya bahwa saya adalah pendonor. Saya ingin dokter menyediakan kamar inap untuk saya sehari sebelum operasi, saya ingin menaruh semua hadiah di kamar inap tersebut." Safina tersenyum.

"Baik Ina, apapun keinginan kamu akan saya lakukan. Saya akan sediakan kamu kamar inap sehari sebelum operasi," dokter Tina tersenyum.

Sebenernya dokter Tina ingin mengangkat tumor otak saat operasi dan hanya memberikan satu ginjal untuk Safini, sehingga Safina bisa bertahan hidup. Dokter Tina tidak mengatakan pada Safina tentang rencananya karena Safina pasti tidak setuju. 

Safina keluar dari ruangan dokter Tina dan berjalan menuju rumah Tasya, dia menginap di rumah Tasya. Keesokan harinya di pagi hari dia akan pergi dan siangnya akan kembali untuk memberikan hadiah kepada orang tua Tasya dan sore harinya dia akan berada di rumah Anggi untuk menginap. Semua sama hingga yang terakhir adalah rumah Bulan, Safina akan datang di rumah temannya di sore hari, dan pergi di pagi hari untuk berpamitan.

Hari ini adalah hari Sabtu, hari anniversary yang ke satu tahun hubungan Safina dan Rio. Rio dan Safina berjanji untuk bertemu di taman pukul satu siang, untuk merayakan hari anniversary yang ke satu tahun. kemarin Safina yang menginap di rumah Bulan.

Safina kembali ke rumah jam tujuh pagi untuk memberikan hadiah kecil kepada semua pembantu sebelum bertemu dengan Rio, Safina memasukkan semua hadiah kedalam sebuah kardus untuk dibawa ke rumah sakit. Safina turun ke bawah, Safina pergi ke dapur tempat semua pembantu berkumpul.

"Semuanya, ada yang ingin Ina bicarakan." Semua pembantu berhenti bekerja dan memperhatikan Safina, Safina membagikan amplop kepada lima pembantu.

"Ini hadiah dari Safina untuk bibi, maaf jumlahnya memang tidak seberapa. Terima kasih kalian sudah menyayangi Safina dan maafkan Ina jika Ina melakukan kesalahan ya bi, sekarang saatnya Safina untuk pergi. Selamat tinggal," Safina tersenyum.

"Terima kasih banyak non Ina, tapi non Ina ingin pergi kemana?" tanya seorang pembantu bingung.

"Ina ingin pergi ke suatu tempat yang indah," Safina tersenyum, semua pembantu merasa aneh dengan perilaku Safina, Safina keluar dan bertemu dengan dua satpam dan supir.

"Pak Budi, antar Ina ke rumah Bulan dan kemudian ke rumah sakit ya. Tolong masukkan ini ke dalam mobil ya pak."

"Baik non," pak Budi memasukkan kardus berisi hadiah ke dalam mobil, Safina mengeluarkan 3 amplop berisi uang dan membagikan kepada kedua satpam. Setelah memasukkan kardus ke dalam mobil, pak Budi keluar lagi. Safina memberikan satu amplop kepada pak Budi dan tersenyum.

"Terima kasih non Ina, tapi ini untuk apa non?" tanya salah satu satpam bingung.

"Itu hadiah dari Ina, uang kerja keras Ina. Maaf jumlahnya tidak banyak, sebentar lagi Ina akan pergi jauh. Maafkan Ina jika Ina punya salah ya pak," Safina tersenyum. 

"Non Ina baik-baik saja kan? Kenapa non Ina berkata seperti akan pergi jauh," ucap pak Budi bingung.

"Saya memang akan pergi jauh, ayo pak antar saya. Jam satu siang saya harus bertemu kak Rio" Safina tersenyum.

"Baik non, mari saya antar," ucap pak Budi dengan hormat, semua orang bingung dengan perkataan Safina. Safina anak yang baik dan selalu menghormati orang lain, pembantu, supir bahkan satpam sangat menyayangi Safina. 

Safina pergi ke minimarket untuk membeli buah-buahan dan camilan untuk orang tua Bulan, sama seperti yang dia berikan kepada orang tua Anggi dan Tasya sebelumnya. Setelah membeli, Safina pergi ke rumah Bulan.

"Nak Ina kenapa kembali lagi? Apa ada yang ketinggalan?" tanya ibu Bulan bingung.

Lihat selengkapnya