"Buku tulis, udah?"
"Udah."
"Tempat pensil?"
"Udah, kok."
"Bekal?"
"Udaahhh."
"Air minum?"
"Udah, Bang!"
"Kalau—"
"Abang!! Gue itu cuma mau berangkat sekolah, bukan mau piknik! Dan gue udah sekolah selama sembilan tahun, kalau lo lupa. Gue bukan anak TK lagi!"
Seseorang yang dipanggil abang itu lantas tertawa kecil. "Iya-iya. Lagian gue cuma bercanda, doang. Gitu aja marah-marah."
"Gimana enggak marah kalau abang aja ngeselin?"
Lagi-lagi abangnya itu hanya tertawa, membuat gadis dengan badge nama Oriana Kirei itu memajukan bibirnya kesal. Pagi-pagi bukannya semangat, justru kesal yang ia dapat. Dan semuanya itu gara-gara abangnya.
"Uluh-uluh, ada yang ngambek. Jangan ngambek, dong! Entar kalau ngambek, enggak jadi gue anterin, nih!" ancam Farren.
"Ihhh, gue enggak marah, cuma kesel doang. Udah deh, Bang, mending berangkat sekarang. Kalau enggak, yang ada entar lo kesiangan buat berangkat kuliah pagi. Mau lo dimarahin sama dosen killer lo itu?!"
"Ya enggaklah. Gue masih sayang nyawa kali! Ya udah yuk, berangkat. Gue tadi udah manasin mobil, kok!"
Keduanya memasuki mobil, kemudian mobil tersebut segera melaju dengan kecepatan sedang. Setelah lima belas menit, gerbang sekolah Riana mulai terlihat. Dengan segera Riana mematikan musik yang sempat mereka setel untuk melakukan konser dadakan saat di jalan tadi. Yah, Riana dan abangnya memang sama-sama sedeng.
"Gue turun duluan. Semangat kuliahnya, Bang!!" ucap Riana menyemangati, kemudian mencium pelan pipi Farren. "See you!"
Farren menggeleng melihat tingkah adiknya itu. "See you, too! Have a nice day!"
*****
Setelah memasuki kelas barunya—X MIPA 2—Riana mengedarkan pandangannya. Mencari-cari sosok yang semalam sudah berjanji padanya untuk duduk bersebelahan. Kemudian ekor matanya menangkap tangan seseorang yang melambai ke arahnya. Gadis itu sahabatnya, namanya Zoya. Dengan segera Riana berjalan ke arah tempat duduk yang mungkin akan menjadi tempatnya selama satu tahun ke depan. Mengingat ia adalah orang yang mager untuk berpindah-pindah tempat duduk.
"Sorry, gue baru dateng. Lo nunggu lama?" tanya Riana setelah meletakkan tas polkadot miliknya. Zoya yang mendengarnya mengangguk. "Lumayan, sih. Tumben lo agak telat. Kenapa? Bang Farren resek, ya?"
"Noh, tau. Pagi-pagi dia udah bikin gue kesel, tau! Kadang gue heran, itu anak siapa sih, sebenernya? Kenapa bisa nyasar ke rumah gue?"
Zoya tertawa sambil menggeleng-geleng. Sudah menjadi semacam rutinitas bagi Zoya untuk mendengar ulah dari abang Riana setiap paginya, karena Farren memang tidak bisa sehari saja berhenti mengganggu Riana. "Omongan lo, Na. Gitu-gitu juga dia abang lo."
"Gue pengen tuker abang aja. Siapa tahu ada yang buka jasa tukar tambah manusia," celetuk Riana asal. "Ck, daripada lo tuker, mending buat gue aja, deh. Abang modelan Bang Farren itu jarang-jarang, tau!!"