Gilang baru saja tiba di rumah setelah selesai dengan kegiatan klubnya. Setelah motornya terparkir rapi di garasi, Gilang segera masuk ke dalam rumahnya. "Assalamu'alaikum, Gilang pulang."
"Wa'alaikumsalam. Yeayy, abang Gilang udah pulang!!" teriak seorang anak kecil sambil memeluk sebelah kakinya. Gilang tersenyum kecil lantas menyamakan tingginya dengan sang adik. "Lucu banget, sih. Adiknya siapa, nih?"
"Adiknya abang, dong!!" balas gadis berumur tiga tahun dengan rambut sebahunya.
Gilang menggendong adiknya dan mencium sebelah pipinya. "Nara udah mandi?"
"Udah, dong! Kalena abang dah pulang, main yuk, sama Nala!"
Gilang terkekeh melihat binar di mata adiknya itu. Sungguh menggemaskan. "Abang mandi dulu, ya?"
Nara menggeleng dengan wajah memberengut. "Nggak boleh! Pokoknya main sama Nala!"
Seorang wanita ke luar dari dapur lengkap dengan celemeknya. Umur wanita tersebut kira-kira berusia akhir kepala tiga. "Nara, jangan gitu, ah! Abang kamu baru pulang sekolah, lho. Pasti badannya bau karena belum mandi. Memangnya Nara mau badannya bau lagi cuma gara-gara deketan sama abang?"
Nara yang mendengar ucapan mamanya langsung menggeleng. "Kan, Nala udah mandi. Nanti kalau bau halus mandi lagi, dong? Enggak mau, ah! Nala males mandi lagi!" ucap Nara dengan lidah cadelnya.
"Kenapa males mandi lagi?" tanya Gilang masih dengan menatap wajah adiknya.
Nara menatapa Gilang dengan raut wajah horor. "Ailnya dingin, Bang! Kalau Nala masuk angin gimana?"
"Ya udah, sekarang Nara turun dulu, ya. Biar abang mandi dulu terus makan. Kalau abang udah selesai, nanti abang bakalan turun buat main sama Nara," ucap Clara, ibu Gilang.
Sebelum menyetujui ucapan sang mama, Nara mengulurkan janji kelingkingnya pada Gilang. "Janji, ya, nanti main sama Nala?"
Gilang tersenyum sambil membalas uluran kelingking Nara. "Abang janji."
*****
Gilang membuka lemari pakaiannya dan mengambil satu kaos lengan pendek. Setelah memakainya, Gilang memilih untuk merebahkan diri di ranjang sambil memandang langit-langit kamar.
Pikiran Gilang kembali melayang pada kejadian di ruangan klub tadi. Mengingat kejadian tersebut membuat satu pertanyaan kembali hadir di otak Gilang. Salah nggak, sih, gue nyanggupin permintaannya Riana?
Jujur saja, awalnya Gilang benar-benar tidak berminat untuk membantu Riana. Karena Gilang yakin seratus persen, pasti itu hanyalah salah satu alasan Riana agar bisa semakin mendekatinya dan melakukan segala jenis pendekatan. Dan Gilang tentu saja menolak untuk memberikan Riana kesempatan sebesar itu. Membiarkan Riana berkeliaran di sekitarnya sama saja dengan memberikan lampu hijau pada gadis itu. Dan Gilang sepenuhnya yakin bahwa Riana akan besar kepala apabila ia menyetujui ide gila tersebut.
Namun, melihat wajah murung Riana saat ia menolak ide tersebut membuat Gilang merasa aneh. Biasanya, Riana akan tersenyum lagi dan terus memaksakan kehendak meskipun Gilang menolaknya mentah-mentah. Tapi entah mengapa, saat Gilang menolaknya tadi, Riana justru memasang wajah sedih dan putus asa. Seperti bukan Riana saja.
Entah jin apa yang merasuki Gilang hingga dia mengikuti Riana saat ia berkata ingin ke toilet. Dan hal yang dilihat dan didengar Gilang saat mengikuti Riana membuatnya tak habis pikir. Mana ada seorang perempuan yang berani duduk di dinding pembatas koridor dengan ketinggian tiga lantai? Gilang nyaris saja berteriak mencegahnya saat itu. Namun, kalimat yang selanjutnya ke luar dari mulut Riana membuat Gilang terdiam.
Bunda tunggu bentar, ya. Riana pasti bakalan tepatin janji, kok.
Gilang bukanlah orang bodoh yang tidak memahami maksud dari ucapan Riana. Entah bagaimana caranya, Gilang menyimpulkan bahwa lulus ujian JLPT merupakan salah satu janji Riana pada bundanya. Dan entah kenapa, Gilang begitu yakin dengan kesimpulannya dan berakhir dengan mengatakan bahwa dirinya hendak membantu Riana.
Gilang kini merutuki dirinya yang semudah itu membuat kesimpulan. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Jika sudah terlanjur, Gilang bisa apa kecuali melakukannya? Terlebih, ia juga belum menuntaskan dare dari teman-temannya. Jika Riana yang merupakan salah satu fans-nya dengan senang hati datang mendekatinya, untuk apa Gilang susah-susah mencari orang lain? Hitung-hitung sambil menyelam minum air.
Handphone Gilang berdenting, menunjukkan notifikasi pesan dari seseorang yang tengah dipikirkannya saat ini.
Oriana Kirei
Kak!!!
Kang Gilanggg!!
Tadi kakak enggak nge-prank aku, kan? Soal yang bantuin aku belajar itu??
Gilang menghembuskan nafas kasar. Sepertinya, mulai saat ini hidupnya tidak akan setenang dulu. Dan semua itu karena Riana.
Gilang Abiyasa
Ga.
Oriana Kirei
KYAAAAA!!!
Aku seneng banget!!
BANGETTT
B
A
N
G
E
T
Gilang Abiyasa
Brsk!
Oriana Kirei
Hehe, maaf, Kak! Aku terlalu seneng.