Forelsket

Syafa Azzahra
Chapter #15

14 - Khawatir?

Riana baru saja turun dari motor Gilang, sedangkan Gilang sendiri sedang memarkirkan motornya di garasi. Riana memandang halaman depan rumah Gilang yang terbilang luas. Jangankan halamannya, rumahnya saja besar dan bertingkat. 

"Ini rumah keren banget!"

"Udah puas ngagumin rumah gue?"

Riana membalikkan badan begitu mendengar suara Gilang. "E—eh, ketahuan. Ya abis, rumah Kakak bagus banget!"

Gilang mendengus geli. Padahal rumah Riana saja tidak beda jauh dengan rumahnya. "Ini rumah nyokap, bukan rumah gue."

Lah? Bukannya tadi Gilang berkata, "udah puas ngagumin rumah gue?"

"Yah, whatever. Btw, masuk yuk, Kak! Aku nggak sabar, nih!"

"Dasar tamu kurang ajar."

Riana hanya terkekeh ringan sembari mengikuti langkah Gilang yang mendekat ke pintu utama. Gilang membukanya perlahan, kemudian mengucapkan salam.

Baru satu langkah memasuki rumah, Gilang langsung menoleh karena lupa akan sesuatu. "Gue punya adik perempuan. Jadi, jangan kaget kalau—"

"ABANG GILAAAA!!!"

Suara teriakan dari dalam ruang tamu terdengar lantang, kemudian disusul oleh seorang anak kecil berumur sekitar tiga tahun. Riana yang melihatnya langsung berbinar. Pasalnya, anak kecil itu begitu menggemaskan. Dengan rambut sepunggung yang tergerai, alis yang tebal, dan wajah yang sedikit memiliki ras barat. Benar-benar menggemaskan.

Gilang menunduk. "Siapa yang ngajarin manggil abang kaya gitu?"

"Dulu, Bang Malik pelnah nyuluh Nala panggil abang kaya gitu. Ya udah, Nala coba aja."

Gilang mengetatkan rahangnya. Dasar sahabat laknat!

Riana juga ikut menundukkan badannya. Karena sudah merasa tak tahan lagi, Riana mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi tembam Nara. "Ya ampun! Lucu bangett!!"

Nara yang merasakan cubitan di pipinya kini mengalihkan pandangan pada Riana. Mata bulatnya mengerjap pelan, membuat Riana terpekik saking gemasnya. "Kakak siapa, ya?"

Riana kembali mencubiti pipi Nara layaknya boneka. "Ihh, lucu banget! Kaya boneka hidup, lagi!"

Merasa tak mendapat jawaban, Nara menoleh pada Gilang. "Abang, ini siapa? Kok, suka teliak-teliak, sih?"

Riana yang sebelumnya tertawa gemas langsung terdiam. Gilang yang berjongkok di sampingnya justru menahan tawa dengan cara menutupi mulutnya dengan satu tangan. "Dia emang suka teriak-teriak. Orang gila paling."

Riana mengerucutkan bibir sebal mendengar ejekan Gilang. Namun, itu hanya bertahan beberapa detik, sebelum akhirnya Riana kembali memasang wajah manis dan berkenalan dengan Nara. "Halo, adek manis. Nama kamu siapa? Kalau nama Kakak Riana."

Nara menatap uluran tangan Riana, memudian membalas dengan tangannya yang lebih mungil. "Halo uga Kakak. Nama aku Nala."

Gilang menggeleng gemas. "Nara, bukan Nala. Coba bilang yang bener."

"Nala. Iih, Narla. Bukan-bukan, Narlllla. Ih, enggak bisa, Bang! Intinya, nama aku Nala." 

Riana tertawa lebar sambil mengusap kepala Nara. "Jadi, namanya Nara, ya? Namanya cantik, sama kaya orangnya."

Nara yang awalnya sedikit canggung dan malu-malu langsung berubah senang. "Waah! Telnyata benel kata Mama kalau Nala itu cantik!"

Gilang menepuk pelan kepala adiknya. "Sekarang, Nara temenin Kak Riana buat ke ruang tamu, ya."

"Aciappp!!"

*****

"Mama, ada temennya abang, nih!"

Dari arah dapur, seseorang membalas teriakan Nara. "Kak Malik sama Kak David, Ra?"

"Bukan, Ma. Temennya cewek, cantik lagi!"

Beberapa saat kemudian seorang wanita ke luar dari dapur lengkap dengan celemeknya. "Cewek? Masa sih—"

Ucapan Clara berhenti begitu melihat Riana tengah duduk di sofa ruang tamu. Riana tersenyum sambil menundukkan kepala. "Permisi, Tan."

Clara mendekat masih dengan wajah yang tidak percaya. Anaknya punya teman perempuan? Hal ini benar-benar tidak Clara sangka. Karena sepengetahuannya, Gilang hanya dekat dengan Malik dan David. "Kamu temannya Gilang?"

Riana menggeleng. "Bukan, Tan."

Clara mengernyit. "Loh, terus?"

"Saya adik kelasnya Kak Gilang. Kalau soal temen, kayaknya aku enggak dianggap teman sama Kak Gilang, deh. Soalnya, kalau aku ajak ngomong, akunya didiemin."

Clara tertawa pelan. Ternyata Riana anak yang jujur dan apa adanya. "Maafin anak Tante, ya. Dia memang suka begitu. Dari kecil temenannya juga sama Malik terus."

Riana terkekeh. "Nggak apa-apa kok, Tan. Ngomong-ngomong, nama aku Riana."

"Kamu bisa panggil saya Tante Clara. Ngomong-ngomong, kamu ke sini mau main atau ada acara apa?"

"E—eh, main doang kok, Tan. Enggak apa-apa, kan? Maaf kalau mainnya justru malem-malem."

"Eh, enggak apa-apa kok. Tante justru seneng. Kamu tunggu bentar, ya. Nanti biar dibikinin minum sama bibi."

"Eh, enggak usah repot-repot, Tan!"

"Enggak repot, kok, santai aja. Ngomong-ngomong, tante tinggal ke dapur dulu, ya? Soalnya tante baru masak."

"Masak? Aku boleh bantu, nggak, Tan? Ya walaupun enggak jago kaya chef, aku bisa bantuin, kok."

"Boleh, kok. Yuk ikut tante!"

*****

Lihat selengkapnya