Forelsket

Syafa Azzahra
Chapter #23

22 - Jawaban

Setiap keputusan pasti memiliki resiko masing-masing.

*****

Riana masih saja melongo tidak jelas. Bukan hanya melongo, Riana bahkan membulatkan mulut saking terkejutnya.

"Na? Lo masih hidup, kan?" panggil Gilang.

Riana berkedip selama beberapa saat, kemudian menampar pelan kedua pipinya. "Ini bukan mimpi?"

Gilang terkekeh geli. "Kenapa lo ngira ini mimpi?"

"Ka-karena Kak Gilang tadi ngomong soal minta kesempatan. Aku bener-bener kaget. Bisa aja ini khayalan aku. Bisa aja Kakak ngajak aku jalan malem ini juga cuma mimpi."

Gilang mengulurkan tangannya, lantas mencubit pelan pipi Riana. Refleks, Riana meringis. "Auw!!"

"Sakit, kan? Berarti bukan mimpi."

Butuh beberapa saat Riana mencerna ucapan Gilang, sebelum kedua pipinya kembali merona merah bak tomat. "K-kak Gilang serius?"

Gilang menatap kedua mata Riana. Jika biasanya matanya menatap Riana dengan sorot tajam dan risih, maka kali ini berbeda. Gilang menatap mata Riana dengan lebih teduh. "Bukannya selama ini lo selalu ngejar gue? Gue yakin lo tahu kalau gue orang yang cukup serius. Gue nggak mudah terbuka sama orang lain, terlebih sama cewek. Percaya atau enggak, lo cewek pertama yang bikin gue ngerasa bingung."

"Bingung?"

"Iya, bingung sama hati gue sendiri."

Riana yang awalnya sedikit ragu menatap mata Gilang, kini mendongak untuk menatap dengan lebih jelas. "Tadi Kak Gilang minta kesempatan untuk kenal lebih dekat, kan? Bisa tolong jelasin?"

Gilang mengalihkan pandangan ke arah gemerlap lampu di bawah sana. "Gue akan jelasin, tapi mungkin bakal terdengar nggak adil buat lo."

Riana menaikkan satu alisnya. "Coba jelasin dulu."

Gilang menarik nafas dalam-dalam, sebelum akhirnya mulai berbicara. "Sebelumnya, gue udah bilang kalau lo udah sukses bikin hati gue bingung, kan?"

Riana mengangguk paham. "Terus?"

"Jujur, ini pertama kalinya ada orang yang terang-terangan ngedeketin gue. Memang, selama ini banyak cewek yang katanya naksir gue. Tapi, mereka semua enggak berani ngedeketin gue karena tempramental gue yang terkenal buruk.

Awalnya, gue mau ngebiarin lo yang terang-terangan ngedeketin gue. Gue berpikir, pada akhirnya lo akan capek juga. Tapi, hal yang sebaliknya justru terjadi. Gue yang awalnya mau nyuekin berakhir dengan selalu ngeladenin lo."

Lagi, Riana mengangguk paham, dan Gilang kembali melanjutkan ucapannya. "Semua itu awalnya gue anggap sebagai kedekatan normal antar teman biasa. Sampai lusa kemarin, kata-kata Pandu sukses bikin gue jadi bingung."

Riana mengernyitkan dahi. "Emangnya Kak Pandu bilang apa?"

Gilang menggeleng. "Yang itu lo nggak perlu tahu. Rahasia."

Lihat selengkapnya