Forelsket

Syafa Azzahra
Chapter #24

23 - Terkuak

Karena nggak semua hal harus kita ceritakan ke orang lain.

*****

"Denger-denger, ada yang lagi pdkt, nih!"

Saat ini, ketiga siswa di kelas tersebut tengah berhadapan dengan beberapa kertas dan buku-buku. Satu siswi duduk bersebelahan dengan seorang siswa, dan mereka berdua berhadapan dengan seorang siswa yang satunya lagi. Siswa yang sedari tadi justu sibuk menggoda dua orang adik kelasnya yang dikabarkan tengah dalam masa pendekatan.

"Bener ya, Na, soal apa yang diomongin anak-anak lain? Lo sama Gilang lagi pdkt, nih?"

Riana memilih menunduk menatap kertas yang dipenuhi dengan berbagai hiragana dibandingkan menjawab celetukan Pandu barusan. Selain pertanyaan itu dapat memicu kedua pipinya untuk memerah, Riana juga tidak tahu harus menjawab apa. Memang, sih, dirinya dan Gilang sedang dalam masa pendekatan. Namun, rasanya aneh saja jika ia mengiyakan hal tersebut begitu saja. Lagipula Riana takut jika itu bukanlah haknya. Ia juga takut Gilang merasa tidak suka jika hal tersebut tersebar luas.

"Yah, gue dikacangin. Padahal, kan, gue mau klarifikasi. Takut kalau apa yang diomongin anak-anak klub itu cuma hoax."

Merasa panas, Gilang yang awalnya terfokus pada beberapa latihan soal langsung mendongak. "Lo denger berita itu dari siapa?"

Pandu tersenyum lebar. Akhirnya ia tidak didiamkan lagi. "Gue tahu dari Malik. Tadi waktu gue mampir ke ruang klub, dia lagi koar-koar. Makanya, gue sebagai netizen yang baik mau klarifikasi dulu sebelum ikutan heboh."

Gilang berdecak kesal. Dalam hati, ia mengutuk nama Malik berkali-kali. Semalam saja, ia hanya menceritakan privasi tersebut dengan Malik, namun dampaknya sudah sebesar ini. Apa jadinya kalau ia juga menceritakannya ke David yang mulutnya tak kalah ember? Bisa-bisa satu sekolah langsung heboh. Yah, walaupun tanpa David pun, berita tersebut akan segera menyebar. Dan itu semua gara-gara Malik!

"Jadi, jawabannya bener atau enggak, nih?" tanya Pandu lagi sambil menaik turunkan kedua alisnya.

Riana yang dapat melihat jelas raut wajah kesal dari muka Gilang, buru-buru membuka mulut. "E-eh, kalau soal itu—"

"Iya, gue sama Riana sekarang dalam fase pendekatan. Kenapa? Ada masalah sama lo?"

Riana yang awalnya hendak berbicara, langsung terdiam seketika. Barusan Gilang mengiyakan secara terang-terangan? Riana benar-benar tak habis pikir Gilang akan seberani itu. 

Pandu yang mendengar balasan Gilang langsung bersiul menggoda. "Ternyata lo gercep juga ya, Lang. Jangan-jangan lo termotivasi dengan kata-kata gue beberapa waktu lalu?"

Riana jadi ingat sekarang, bahwa Gilang pernah mengatakan soal perkataan Pandu tempo hari. "Emangnya Kak Pandu ngomong apa sama Kak Gilang?"

Pandu menaikkan satu alisnya. "Kenapa nggak tanya sama Gilang, aja?"

Riana menatap Gilang sekilas. "Katanya Kak Gilang itu rahasia."

Tawa Pandu meledak setelahnya. "Ternyata Gilang belum ngaku ke lo, ya?"

Riana mengernyit. "Ngaku apa?"

"Kalau dia nggak suka orang—"

"Berisik!"

Lagi, Pandu tertawa. "Gue cuma bercanda kali, Lang. Gue paham kok, kenapa lo nggak kasih tahu ke Riana. Lo sendiri lagi bingung sama hati lo, kan?

Yah, gue nggak menyalahkan lo, sih. Lo emang lagi pdkt sama Riana. Tapi inget, itu nggak ngebuat orang lain kehilangan kesempatan buat ngedeketin Riana juga."

Gilang menatap Pandu dengan sorot mata permusuhan. "Apa maksud lo?"

Entah mengapa, saat ini Riana merasakan suasana berubah menjadi tegang. 

"Maksud gue, lo jangan santai-santai dulu. Mau gimana pun, Riana belum jadi pacar lo sekarang. Itu artinya, orang lain masih bisa ngerebut dia dari lo."

Riana harus menghentikan perdebatan tak masuk akal ini. Jika diteruskan, bisa-bisa keduanya semakin bersitegang. "Ehm, mending kita—"

"Dengan kata lain, orang lain itu diri lo sendiri?" tanya Gilang dengan nada sedatar triplek.

Pandu tersenyum mengejek. "Mungkin aja iya."

"Bukannya waktu itu gue udah bilang—"

"Bagaimana latihannya? Sudah diselesaikan?"

Suara dari Bu Laras menyebabkan perkataan Gilang terpotong. Diam-diam, Riana bersyukur dalam hati. Setidaknya, kehadiran Bu Laras bisa memotong acara debat tak jelas tadi.

*****

"Lo pulang sama siapa, Na?" tanya Pandu sembari mengunci ruang kelas yang tadi dipakai untuk bimbingan olimpiade. Karena hari ini hari Senin, ruangan klub juga digunakan untuk latihan rutin. Karena itu lah, mereka terpaksa meminjam ruang kelas yang tidak digunakan.

Lihat selengkapnya