Forelsket

Syafa Azzahra
Chapter #32

31 - Peluk?

Seperti hari-hari sebelumnya, Riana melewati koridor sekolah dengan wajah bodo amat andalannya. Foto sialan yang tidak diketahui siapa pemotretnya itu, masih menjadi trending topic meski fotonya sudah tidak lagi tertempel di mading sekolah. Dan selama tiga hari ini, nama Riana selalu disebut disetiap pembicaraan para murid di seluruh sudut sekolah.

Lain halnya dengan Riana, cewek yang sedang menjadi bahan gosip itu justru memasang wajah bodo amat. Riana memilih menutup telinga soal gosip itu. Selain tidak penting, ia memang tidak menganggap serius gosip tersebut. Toh, kenyataannya ia tidak seperti itu. Ia dan Pandu, kan, hanya sebatas teman.

Di perjalanan menuju ruangan klub, ia bertemu dengan David. Cowok itu menyapanya lebih dulu. "Hei, Na!"

Riana menoleh ke belakang, menemukan David yang kebetulan berada di belakangnya. "Eh, Kak David. Kok ada di sini?"

David menunjuk ke arah samping kanan Riana. "Gue mau ke ruang jurnalistik."

Riana ber-oh ria, sedangkan David menatap Riana lekat-lekat. "Kenapa, Kak? Ada yang salah ya, sama muka gue?" tanya Riana karena merasa risih terus-terusan ditatap intens oleh David.

David menggeleng. "Enggak, gue heran aja sama lo. Lo nggak merasa keganggu sama sekali, ya, soal gosip itu?" tanya David dengan nada heran. 

Namun, Riana justru diam saja tanpa membalas pertanyaan David. "Sori-sori. Gue salah ngomong, ya?" ucap David berusaha menjelaskan kalimat yang baru saja ia lontarkan. Takut Riana menjadi salah paham.

Riana tertawa kecil. "Ngapain minta maaf segala? Santai aja, kali! Lagian, gue biasa aja, kok, soal gosip itu."

"Kok, lo bisa setenang ini? Biasanya, cewek bakalan heboh kalau dapet image buruk," tutur David sembari membuka pintu ruang jurnalistik dengan kunci yang dibawanya.

Riana mengedikkan bahu. "Gue biasa aja karena aslinya sikap gue nggak begitu. Gue nggak tahu, sih, orang yang ngefoto itu punya masalah apa sama gue. Tapi, selama itu hoax dan dampaknya nggak terlalu ngaruh, gue juga bakal biasa aja. Toh, bentar lagi juga reda gosipnya."

David tersenyum kagum. Benar kata Gilang bahwa cewek di hadapannya ini begitu unik. "Pantes aja Gilang bisa suka sama lo."

Riana tertawa guna menutupi salah tingkahnya. Lagipula, kenapa cowok di depannya ini mengatakannya secara terang-terangan? Kan, Riana jadi malu.

"Kalau gitu, jangan sampai kalah sama gosip itu ya, Na. Lo, kan, cewek strong!"

Riana mengangguk antusias sembari menunjukkan kepalan tangannya. "Gue nggak bakal kalah, kok!"

David tersenyum tipis. "Kalau gitu, gue masuk duluan, ya? Semangat buat olimpiadenya!"

Riana mengacungkan jempolnya. "Siip!!"

*****

Seperti biasa, begitu Sensei Laras sudah menutup pertemuan, ketiga siswa tersebut segera membereskan peralatan belajar masing-masing. Setelah semuanya selesai, Pandu sebagai ketua segera mengunci ruang klub. 

"Jadi, udah baikan, nih?"

Tidak perlu ditanyakan lagi, orang yang bertanya seiseng itu pasti adalah Pandu. "Gue ikut seneng, deh. Gue, kan, nggak mau kalau harus perang dingin sama Gilang. Gini-gini, kita, kan, temenan."

Gilang memandang Pandu sinis. "Sejak kapan kita temenan?"

"Jahat banget, sih, lo! Dasar Gilang kupret!" teriak Pandu.

Riana menyunggingkan senyum lebar begitu melihat kedekatan keduanya kembali terjalin. Benar apa kata Pandu tadi. Sayang apabila pertemanan mereka harus kandas hanya karena salah paham. Untungnya, salah paham itu tidak berlarut-larut. 

"Jadi, mulai sekarang, lo nggak usah salah paham, ya, kalau gue deketan sama Riana?"

Lihat selengkapnya