Kebahagiaan kecil.
Ada banyak hal yang membuat Song Kang dan Mun Hee merasa bahagia ketika sedang bersama. Bukan hal-hal besar maupun mahal. Hal-hal sederhana yang terkesan remeh-temeh membuat mereka bisa merasa bahagia sepanjang hari. Seperti, es loli di siang hari yang mereka beli setelah seharian berlarian karena pelajaran olah raga atau mie dingin di sebuah warung favorit mereka di dekat sekolah yang mereka beli dengan penuh keyakinan karena sangat menginginkannya. Mie dingin kadang tidak begitu menarik karena tidak begitu ada rasanya. Tetapi, ketika sudah dimakan berkali-kali terasa seperti lebih menagih. Itulah yang menyebabkan keduanya mendapatkan kebahagiaan setelah menghabiskan masing-masing semangkok. Rasa yang tidak biasa tetapi akrab. Seperti itulah kebahagiaan yang selalu mereka hargai.
Loli Stroberi.
Mun Hee sedang duduk di belakang meja kasir ketika melihat Song Kang yang sedari pagi mengikuti kegiatannya. Bahkan dia mandi di tempat Mun Hee sebelum mengikutinya ke toserba. Gadis itu tidak paham apa sebenarnya yang sedang dilakukan oleh teman artisnya yang sudah lama tidak bersama dengannya. Matanya yang setengah mengantuk karena rasa mabuk yang belum sepenuhnya pulih mengikuti ke mana pun Song Kang bergerak. Laki-laki itu dengan anehnya mencoba untuk membeli semua jenis cemilan di toserba. Aneh sekali. Dan, dia berhenti cukup lama di depan pendingin es krim. Mun Hee memandangi punggung lebar Song Kang dan menanti apa yang sebenarnya ingin ia beli.
Tiba-tiba Song Kang menoleh ke arahnya. Mun Hee mengerjapkan mata akibat terkejut. “Mun Hee, mau loli stroberi?” Tanyanya sembari mengacungkan sebuah loli stroberi. Yang ditanyai hanya memandanginya dengan heran. “Sudah lama kan kita tidak makan loli ini berdua…,” tanpa menunggu jawaban Mun Hee, Song Kang sudah meraih dua loli stroberi dan berlari dengan keriangan yang berlebihan ke meja kasir. Tanpa membayar, ia membuka salah satunya dan memberikannya pada Mun Hee.
“Hyaaa… kamu harus bayar dulu…,” Mun Hee berseru. Tetapi, ia tetap meraih loli itu dan menyesapnya dengan penuh semangat. “Aaaah… segar.” Ia memandang Song Kang yang tersenyum memandangnya. “Hari-hari ini cukup panas yaa…,” Lanjut Mun Hee, “apa kamu tidak ada kegiatan selain mengikutiku seperti ini?” Tanyanya pada Song Kang yang ikut duduk di belakang kasir berimpitan dengan Mun Hee. Seperti anak kecil, ia pun mulai menikmati loli stroberinya. “Hei, Song Kang, kenapa kamu duduk berdekatan denganku seperti ini? Ini terlihat aneh…,”
“Klang.”
Pada saat itu pintu toserba terbuka dan segerombolan gadis remaja masuk ke dalam. Ketika mereka akan mulai mencari apa yang mereka perlukan, beberapa di antaranya menyadari sesuatu yang janggal karena mereka memandangi meja kasir dengan cukup lama dan mata yang tak hentinya terbuka lebar. Mun Hee memandangi mereka sembari masih menjilati lolinya. Ia menahan tawa ketika menyadari bahwa gadis-gadis remaja itu sebenarnya sedang memandangi Song Kang dan berpikir ‘siapa dia, seperti pernah melihat’ dan ia yakin beberapa detik lagi mereka akan sadar bahwa sosok yang sedang mereka pandangi tak lain adalah artis papan atas yang hanya bisa mereka lihat di dalam televisi atau bioskop. Mereka tidak berpikir bahwa hari ini mereka akan bertemu langsung dengannya. Mun Hee sekali lagi merasa ingin tertawa keras-keras. Tetapi, yang keluar dari mulutnya adalah, “Benar, dia Song Kang,” yang membuat Song Kang menyikut lengannya.
“Waaaaaa…. Beneran Song Kang Oppa!” Gadis-gadis itu mulai menjerit-jerit. Beberapa yang lain yang sudah berada di balik rak berlarian mendekati teman-temannya dan begitu melihat Song Kang di balik meja kasir mereka pun ikut menjerit-jerit.
“Tenang, para gadis…,” Mun Hee berkata santai, “mengantri jika ingin selfie atau tanda tangan Song Kang. Ia hari ini bebas, tidak ada kerjaan, bisa melayani kalian seharian.”