Forever Every Today

Ana Hening
Chapter #13

Kehilangan dan Kenangan

Song Kang yang sedang menjadi bahan perbincangan Mun Hee dan Jae Wook, pada waktu yang bersamaan, sedang duduk menunggu jadwalnya bertemu dengan psikiaternya. Semenjak merasa ada yang tidak beres dengan dirinya, ia pun rutin mengunjungi psikiater yang juga menangani kesehatan mental istrinya. Meskipun, tidak banyak yang dilakukan, dan sekedar mengobrol biasa, Song Kang dapat merasakan perbedaan di dalam dirinya. Ia merasa lebih baik setelah berkonsultasi. Jadi, dia pun merutinkan jadwal konsultasi dengan dokter Hong.

Ketika giliran Song Kang tiba untuk berkonsultasi dengan dokter Hong, ia menemukan pria berumur setengah baya yang cocok menjadi ayahnya itu sedang tersenyum di kursinya sembari memandanginya. Song Kang membungkuk sekilas sambil tersenyum, “Selamat siang, dokter,” sapanya.

Dokter Hong mengangkat tangannya menunjukkan telapak tangan yang lebar. “Jadi, bagaimana? Akhirnya kalian memutuskan untuk berpisah?” tanya dokter Hong tanpa basa-basi bahkan sebelum Song Kang duduk di kursi pasien. Ia sudah menganggap klinik atau ruang kerja dokter Hong seperti rumah sendiri maka ia pun tidak merasa sungkan sedikit pun. “Mi Young sudah lama tidak kemari. Lalu, kudengar dari berita kamu benar-benar mengajukan perceraian. Sepertinya itu keputusan yang kamu buat setelah konsul terakhir kita?” dokter Hong menyelidik pasiennya yang duduk dengan kegusaran aneh yang tidak seperti biasanya. “Tapi, sepertinya kamu tidak sedang memikirkan soal perceraian itu, ya?” Kejarnya.

Seperti dugaan dokter Hong, Song Kang pun mengangguk. “Aku memang memutuskan untuk bercerai karena aku tahu itu adalah satu-satunya cara aku bisa menjadi egois demi diriku sendiri. Bukannya orang-orang tidak akan menghakimiku. Tetapi, seperti kata Anda, aku tidak perlu takut dengan omongan orang-orang yang sebenarnya hanya kosong belaka. Tidak ada nilainya sama sekali jika aku tidak memberikan perhatian pada kata-kata mereka. Ya, kan?”

Dokter Hong mengangguk sembari menanti kalimat berikutnya dari Song Kang. Alasan sebenarnya kenapa pria di depannya itu memutuskan untuk mendatanginya hari ini. Karena kesibukannya sebagai artis, ia jarang datang berkonsultasi. Kadang sebulan sekali jika sedang senggang. Kadang bahkan sampai setengah tahun sekali. Maka, ia sedikit heran karena Song Kang tiba-tiba begitu saja muncul di kliniknya.

“Aku mempunyai seorang teman, dok,” sahut Song Kang, “dan sepertinya dia sedang mengalami sesuatu yang cukup mengguncang kejiwaannya. Maksudku, neneknya beberapa tahun lalu meninggal… dan… ehm… dia masih merasa melihat sosok neneknya di sekitarnya. Kedua sepupuku yang pertama kali menyadarinya. Sebelumnya, mereka bahkan menemukan gadis itu… temanku… Mun Hee namanya… ehm…, kamu tahu, dok…, sedang berada di dalam kamar mandi, merendam diri di bathtub dan air dipenuhi darah.

“Ia berusaha mengakhiri hidupnya. Untungnya ia sempat diselamatkan dan hidup dengan baik hingga sekarang. Tetapi, setelah kejadian itu dia menjadi dapat melihat neneknya dan bahkan mengobrol dengannya seolah-olah hal biasa. Dia bahkan melakukannya di depan kami semua. Aku yang terakhir mengetahui kondisinya. Tentu saja aku sangat terkejut karena yang kutahu neneknya sudah meninggal dan ketika dia berbicara dia pun sebenarnya sedang berbicara dengan udara kosong. Tidak ada siapa pun di sana. Bahkan dia juga membuatkan kami makanan-makanan dan mengatakan kalau makanan itu dibuat oleh nenek. Bukankah ini hal yang serius, dokter?”

Dokter Hong terdiam. Ia berusaha memahami perkataan Song Kang yang begitu cepat seperti sedang dalam ketergesa-gesaan. Tentu saja, dia memahami perasaan Song Kang, karena melihat seorang teman melakukan hal aneh di depan dirinya pasti menimbulkan guncangan tersendiri. Maka, itulah yang terjadi, ia sangat ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan temannya itu. Setelah berpikir sebentar dokter Hong berkata, “Temanmu sepertinya sedang mengalami rasa kehilangan yang begitu mendalam sehingga mencoba bertahan dengan menciptakan ilusi neneknya yang kembali ke dalam hidupnya yang mendadak menjadi hampa atau tidak bermakna. Mungkin dia sudah tidak punya tempat untuk benar-benar merasa hidup. Neneknya bisa jadi adalah satu-satunya orang yang selama ini selalu berada dekat di sisinya dan ia sangat terguncang ketika menyadari bahwa orang seperti itu sudah tidak ada lagi di hidupnya. Hmm… meskipun begitu, aku masih harus bertemu langsung dengannya untuk tahu apa yang sebenarnya ia rasakan….”

Larut dalam pikirannya sendiri setelah mendengar penjelasan dokter Hong, Song Kang tiba-tiba teringat akan dirinya sendiri yang selama sepuluh tahun terakhir ini sudah tidak melibatkan diri dalam kehidupan Mun Hee. Bagaimana seandainya ketika pada masa-masa itu ia masih berada di dekat Mun Hee, apakah gadis itu akan paling tidak dalam kondisi yang lebih baik dari sekarang? Mendadak, ia merasa benar-benar sangat bersalah.

“Tapi, ini bukan salahmu.” Ujar dokter Hong, yang mengagetkan Song Kang, karena ia seperti peramal saja yang bisa membaca pikirannya. “Ada dirimu berada di sisinya, maupun tidak, bisa jadi temanmu akan tetap menghadirkan ilusi neneknya terus-menerus. Tetapi, mungkin sekarang ada yang bisa dilakukan untuk meringankan guncangan yang tengah melanda temanmu. Badai itu memang masih ada di sana, di dalam dirinya, tetapi bukan berarti tidak bisa dijinakkan atau bahkan dihentikan.”

Dokter Hong benar, pikir Song Kang, tidak ada gunanya menyesal, yang bisa dilakukan sekarang adalah mengurangi beban yang sedang dirasakan oleh Mun Hee, gadis yang sudah terlalu sering meringankan beban di dalam hidupnya. Paling tidak sepuluh tahun lalu sebelum ia menjadi artis dan aktor terkenal. Seperti ketika hidup terasa lebih berat saat ayahnya memutuskan untuk menikah kembali.

 

Ayah Song Kang menikah lagi.

Hari-hari yang berat bagi Song Kang ketika ia merasa mampu melihat kematian ibunya sendiri yang melahirkannya ke muka bumi. Ia sudah cukup besar untuk mengetahui apa itu kematian dan ke mana mereka yang meninggal harus pergi setelahnya. Tentu saja, ia percaya surga dan yakin ibunya sekarang sudah tenang berada di sana. Namun, kejadian kehilangan ibunya cukup menyisakan trauma yang besar di dalam hidupnya.

Ia masih berumur kurang lebih sepuluh tahun ketika harus kehilangan ibunya karena penyakit kanker yang bahkan ia belum memahami sama sekali apa maksudnya, atau bagaimana cara bekerja penyakit itu. Tetapi, Tuhan mengambil ibunya begitu saja tanpa memikirkan perasaannya yang sangat terluka. Lebih dari itu, Tuhan bahkan membiarkan dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan bagaimana ibunya pergi meninggalkannya.

Lihat selengkapnya