Forever Every Today

Ana Hening
Chapter #1

Kabar Tengah Malam

Cuaca sedang sangat dingin meskipun sudah musim panas. Mungkin akibat pemanasan global sehingga cuaca dan musim sudah tidak menentu sekarang. Toserba milik nenek Mun Hee adalah satu-satunya yang buka di tengah malam. Yang lain sudah tutup tetapi Mun Hee tidak akan menutup toserba sampai lewat jam dua malam. Ia masih dengan prinsipnya bahwa paling tidak lewat jam dua belas malam masih ada yang membutuhkan toserba buka untuk mungkin membeli sekedar obat pengar karena terlalu banyak mabuk di acara jamuan kampus maupun kantor. Selain itu, ada alasan lain, dia tidak ingin mengganggu tidur neneknya dengan suara ketikan jari-jemarinya di keyboard laptopnya yang berumur sudah lebih dari sepuluh tahun. Dia juga menyukai jalanan pinggiran Apgujeong yang lengang ketika tengah malam seperti ini.

Bosan dengan tulisannya yang tidak ada perkembangan, Mun Hee menutup laptop dan meraih remot televisi lalu menyalakan berita tengah malam. Tidak ada berita yang menarik, dia mendesah, tetapi sedetik kemudian mengurungkan niatnya ketika ia mendengar pembawa berita berkata, “Aktor dan model, Song Kang, dilaporkan memutuskan untuk bercerai dari istrinya Kim Mi Young yang juga merupakan seorang aktris yang terkenal dengan drama-drama akhir pekannya. Alasan perceraian adalah karena adanya perubahan perasaan dari keduanya yang sudah menikah selama tiga tahun. Tetapi, belum ada konfirmasi dari sisi Kim Mi Young. Kami masih mencoba untuk mendapatkan informasi lebih dari perwakilan agensi keduanya.”

Mun Hee terdiam untuk beberapa saat, memandangi wajah Song Kang yang muncul di layar televisi dengan senyum khasnya. Senyum yang masih sama meskipun sudah sepuluh tahun berlalu. Mun Hee memandangi mata sipit Song Kang yang akan menghilang ketika tersenyum dan bibirnya yang sedikit tidak seimbang tetapi manis setiap kali tersenyum. Dia tidak pernah melupakan sedikit pun ekspesi wajah Song Kang yang satu dekade ini hanya bisa ia lihat melalui televisi. Mun Hee juga tahu bahwa rasa rindunya terlalu mendalam tetapi ia pun tahu ia tidak berhak untuk menyimpan perasaannya terlalu dalam. Ia kemudian mematikan televisi dan membiarkan kelengangan menemani sisa malamnya menjaga toserba. Namun, wajah Song Kang tidak juga ingin pergi dari penglihatannya, atau ingatannya.

****

10 tahun lalu, SMA di Apgujeong.

“Coba katakan padaku, apa alasanmu selalu berkeliaran malam hari seperti itu?” Mun Hee yang terlihat muda dan tidak mempunyai banyak kerutan di kulit wajahnya sedang menatap seorang lelaki seumurannya yang duduk di sampingnya kesusahan membuka sekaleng soda. Keduanya memakai seragam SMA berwarna biru tua yang tidak nampak janggal, malahan sangat cocok dan sesuai dengan paras maupun umur mereka. “Song Kang, sebaiknya kamu tidak mengabaikanku. Kamu tahu, kak Ji Hoon dan kak Jae Wook mencarimu semalaman. Kamu tidak berada di kafe biasanya kamu bekerja paruh waktu. Bahkan kamu tidak mampir ke toserba kami. Kamu sedang kenapa sih?” Mun Hee meraih kaleng soda yang sedang digenggam Song Kang dengan gemas. Lelaki di sampingnya sontak memandangnya dengan kesal. “Apa?” Tantang Mun Hee. “Tidak akan kuberikan soda ini padamu jika kamu tidak menceritakan semuanya.” Sahutnya tegas.

“Ahh…,” Song Kang mendesah. “Ada banyak hal terjadi beberapa hari ini. Kemarin aku hanya pergi mendaki gunung di sebelah sana,” dengan malas ia menggerakkan tangannya menuding salah satu sudut kota yang terdapat sebuah gunung kecil, “aku tidak berniat membuat kalian khawatir. Tetapi, aku tidak bisa menahan diriku sendiri untuk hanya diam saja. Aku rasanya ingin meledak….”

“Memangnya apa yang terjadi?” Mun Hee mengembalikan pada Song Kang kaleng soda yang sudah dia buka. Lelaki itu segera meneguknya hingga tinggal tersisa setengah. “Ceritakan padaku, Song Kang…,” desak Mun Hee, “agar kamu tidak merasa frustasi sendiri. Aku ingin merasa frustasi juga sesekali….”

‘”Jangan bercanda,” desis Song Kang, “kamu sudah terlalu sering merasa frustasi. Apa kamu sedang mengejekku sekarang?”

Lihat selengkapnya